my litle

my litle
Cibibibi cayang mama

Kamis, 12 Januari 2012

Partus Spontan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Dasar asuhan persalinan normal dalah asuhan yang bersih dan aman selama persalinan  dan setelah baayi lahir, serta upaya pencegahan komplikasi  terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi, dan asfiksia bayi baru  lahir.  Sementara itu fokus utamanya adalah mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran paradigma dari sikap menunggu dan  menangani komplikasi menjadi mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.  (Abdul, 2008)
Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5-10 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan di negara-negara berkembang berkisar antara 750-1000 per 100.000 kelahiran hidup (Wiknjosastro, 2005:23).
Angka kemaian ibu (AKI) di Indonesia tahun 1994 masih tinggi dibandingkan negara-negara di ASEAN yaitu sebesar 390/100.000 Kelahiran hidup, tahun 1995 menurun menjadi 373/100.000 Kekahiran hidup. (SDKI 1995). Sedangkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi baru lahir (AKBBL) di Indonesia saat ini masih tinggi dibandingkn intrnational, hal tersebut dapa dilihat dari hasil Survei Demografi Keshatan Indonesia (SDKI) 2002 & 2003 yang mnunjukkan bahwa AKI di Indonesia sebesar 307/100.000 Kelahiran hidup dan AKBBL sebesar 35/1000 Kelahiran hidup, sementara target AKI untuk Millenim Development Goal (MDG) yang ditetapkan World Organization Health (WHO) sebesar 102/100.000 Kelahiran hidup dan AKBBL sebesar 15/1000 Kelahiran hidup. (www.e-mailpuskom.publik@yahoo.com.id).
Berdasarkan laporan data base UNFPA 2005 AKI propinsi Sumatera Selatan sebesar 467/100.000 Kelahiran hidup lebih tinggi dari AKI kota Palembang yaiu sebesar 317/100.000 Kelahiran Hidup, sedangkan tahun 2006 AKI di Kota Palembang sebanyak 15 orang dengan penyebab yaitu Akreta emboli air ketuban, post SC, kelainan janung dan lain-lain. (subdin,kesehatan keluarga 2006). Menurut data Dinas Kesehatan tahun 2006 tentang data kesehatan propinsi Sum-Sel terdapat AKI 0,46% dari 467 per 100.000 Kelahiran hidup, terbukti dari data kesehatan diatas AKI Sum-Sel lebih tinggi dari AKI Nasional. Penyebab AKI di Sum-Sel tahun 2006 yaitu perdarahan 61,7%, infeksi 23,4%, eklamsih 14,9%, dan lain-lain 10%, sedangkan jumlah kematian ibu yang disebabkan infeksi karena KPSW tercatat 11 orang dari jumlah 47 AKI (23,4%). Pada tahun 2004 tercatat 7 orang dari 60 AKI (11,7%). (Dinkes, 2005).
Pada masasekarang pemerintah mengusahakan seiring dengan semakin banyaknya lulusantenaga terlatih menyebarkan secara merata ke daerah-daerah terpencil para tenagapenolong persalinan tersebut.Angka kematian ibu di Indonesia pada saat persalinan tergolong tinggidiantara negara berkembang. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena angkakematian ibu adalah satu parameter yang menunjukkan kualitas pelayanankesehatan suatu negara. Hal ini mengakibatkan pentingnya bagi seorang tenagakesehatan dan dari ibu sendiri dalam melealui proses persalinan secara Normal atau sering di sebut juga persalinan spontan
. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001 ).
Berdasarkan uraian di atas maka kami mengambil kasus Persalinan normal (Persalinan Spontan) pada Ny. “C” di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang  Desember 2011.



1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Sesuai dengan latar belakang diatas makalah ini bertujuan untuk membah ilmu pengetahuan tentang Persalinan sepontan ( persalinan normal) . yang dilaksanakan di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang tahun 2011 pada Ny  “ C “ Hamil Aterem .
    1.2.2 Tujuan Khusus
1.    Agar dapat melakukan pengkajian data dasar secara sistematis dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny” C “ Persalinan spontan dengan hamil Aterem di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang tahun 2011.
2.    Agar dapat mengidentifikasikan masalah yang memerlukan penanganan segera dalam memberikan asuhan Persalinan pada Ny”C” hamil Aterem dengan Persalinan Spontan di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH tahun 2011.
3.    Dapat membuat perencanaan dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny”C” setelah melahirkan di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang 2011 .
4.    Dapat mengimplementasi dari perencanaan dalam membrikan asuhan kebidanan pada NY” C ” setelah melahirkan di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang tahun 2011.
5.    Dapat melakukan evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan pada NY” C ” Persalinan Sepontan Hamil Aterem di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang tahun 2011.


1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
1.3.1 Waktu
Pelaksanaan Asuhan persalinan pada Ny”C” Hamil Aterem dengan Persalinan Spontan , pelaksanaan di lakukan pada tanggal 16 Desember 2011, pukul 04.00 WIB.

1.3.2 Tempat
Tempat Pelalaksanaan Asuhan Persalinan pada Ny”C” Hamil 37 minggu dengan Persalinan Spontan di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang Tahun 2011 .














BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dari janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2001 ).
Persalinan normal disebut juga partus spontan adalah proses lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam ( Rustam Mochtar, 1998 ). Partus spontan adalah partus pervaginam yang sepenuhnya ustam dibantu oleh tenaga dari ibu dan tanpa his tanpa induksi .
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan ( 37 – 42 minggu ) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin ( Prawirohardjo, 2001 ).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin atau uri) yang telah cukup bulan atau hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2005).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama sembilan bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin. Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya servik dan janin turun kedalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 Minggu), lahir spontan dengan persentasi belakan kepala yang cukup berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janinnya. (Sarwono, 2006).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan  pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu.proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan kelahiran plasenta ( Varney,2008 ).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir.persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu),lahir secara spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.( Saifuddin,2002).
Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Winkjosastro, 2006).

    2.2.1    Jenis – jenis Partus
Partus adalah suatu Pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar .
•    Partus imaturus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi kurang dari 28  minggu lebih dari 20 minggu dengan berat janin antara 500-1000.
•    Partus prenaturus adalah suatu partus dari hasil konsepsi yang dapat hidup tetapi belum aterem , berat janin antara 1000-2500 gram atau umur kehamilan antara 28 – 36 minggu .
•    Partus Posmaturus atau Serotinus adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu persalinan yg diperkirakan.
2.2.2     Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: (Manuaba, 1998)
a.    Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
b.    Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c.    Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan di timbulkan dari luar dengan jalan rangsangan ( Mochtar,2002 ).

2.2     Sebab-sebab mulainya persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti,sehingga menimbulkan beberapa teori yang berlaku berkaitan dengan mulainya terjadi kekuatan his.ada dua hormon yang dominan mempengaruhi  kehamilan, yaitu :
1.    Estrogen
a.    Meningkatnya sensitipitas otot rahim
b.    Memudahkan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,rangsangan prostaglandin,rangsangan mekanik.

2.    Progesteron
a.    Menurunnya sensitifitas otot rahim
b.    Memudahkan  rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,rangsangan prostaglandin,rangsangan mekanik.
c.    Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan :
1.    Teori keregangan
a.    otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu
b.    Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimilai
c.    Contohnya pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan proses persalinan.
2.    Teori penurunan progesteron
a.    proses penurunan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggi,dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,pembuluh darah mengalami penyempitan.
b.    Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin
c.    Akibatnya otot rahim mulai kontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3.    Teori oksitosin internal
a.    Perubahan keseimbangan produksi estrogen dan progesteron dapat mangubah sensitifitas otot rahim sehingga terjadi kontraksi Broxton hicks
b.    Menurunya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas sehingga persalinan dapat dimulai.
4.    Teori prostaglandin
a.    Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu yang dikeluarkan
b.    Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konspsi dikeluarkan
c.    Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5.    Teori hipotalamus pituitary dan grandula suprarenalis
a.    Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anencepalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terhipotalamus.teori ini dikemukakan oleh linggin tahun 1973
b.    Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin,induksi mulainya persalinan. (manuaba,2005)

2.3    Tanda-tanda Permulaan Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut :
1.    Terjadinya His Peralinan
Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek. His persalinan mempunyai sifat pinggan terasa sakit yang menjalar kedepan, sifatnya teratur, mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks, semakin beraktifitas makin bertambah.  
2.    Pengeluaran Lendir dan Darah
Dengan his persalinan terjadi perubahan servik yang menimbulkan pendataran tanpa pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas, terjadi perdarahan karena kapiler pembulu darah pecah.
3.    Pengeluaran Cairan
Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan, sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan. Perubahan Servik
Pada pemeriksaan dalam dijumpai peerubahan serviks seperti pelunakan serviks, pendataran serviks dan pembukaan serviks (Manuaba, 2005).
2.4     Tanda-Tanda Persalinan
Gejala inpartu menurut ( Mochtar,2000 ).yaitu:
a.    Kekuatan HIS semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
b.    Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu pengeluaran lendir bercampur darah
c.    Dapat disertai pecah ketuban
d.    Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks yaitu : perlunakan serviks, pendataran serviks, dan terjadi pembukaan serviks.

2.5    Mekanisme Persalinan
Mekanisme jalan lahir menurut (Hari Ujiningtyh,2009) di antaranya adalah :
a. Penurunan (Kepala masuk PAP)
    Kepala masuk melintasi pintu atas panggul (promontorium),sayap sacrum,linea inominata, ramus superiorost pubis dan pinggir atas simpisis) dengan sutura sagitalis melintang, dalam sinklitismus arah sumbu kepala janin tegak lurus dengan bidang pintu atas panggul.

b. Fleksi
    Fleksi yaitu posisi dagu bayi menempel dada dan ubun-ubun kecil rendah dari ubun-ubun besar. kepala memasuki ruang panggul dengan ukuran paling kecil (diameter suboksipitobregmatika = 9,5 ) dan di dasar panggul kepala berada dalam fleksi maksimal.
c. Putar paksi dalam
    Kepala yang turun menemui diapragma pelvis yang berjalan dari belakang atas ke bawah depan.kombinasi elastisitas dipragma pelvis dan tekanan intrauterin oleh his yang berulang-ulang mengadakan rotasi ubun-ubun kecil berputar kearah depan di bawah simpisis.
d. Defleksi
    Setelah kepala berada di dasar panggul dengan ubun-ubun kecil di bawah simpisis (sebagai hipomoklion), kepala mengadakan defleksi berturut-turut lahir bregma, dahi, muka dan akhirnya dagu..
e. Putar paksi luar
    Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak.
f.  Ekspulsi
    Putaran paksi luar bahu melintasi pintu atas panggul dalam keadaan miring dan menyesuikan dengan bentuk panggul, sehingga di dasar panggul, apabila kepala telah lahir bahu berada dalam posisi depan belakang dan bahu depan lahir dahulu, baru kemudian bahu belakang. mekanisme persalinan fosiologis penting di pahami, bila ada penyimpangan koreksi manual dapat di lakukan sehingga tindakan operatif tidak dapat dilakukan (Rustam Mochtar, 2002).

Gambar 1. Penurunan kepala

2.6     Faktor-Faktor Yang Berperan Dalam Persalinan
A.  Power ( Kekuatan )
•    Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu.
•    Power merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-otot rahim.
•    his adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan.
•    Kontraksi adalah gerakan memendek dan menebalnya otot - otot rahim yang terjadi diluar kesadaran (involuter) dan dibawah pengendalian syaraf simpatik.
B.  Passanger
•    Passenger terdiri dari janin dan plasenta.
•    Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar, 90% bayi dilahirkan dengan letak kepala.
•    Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau pun letak sungsang.
C.  Passage (Jalan Lahir)
•    Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina.
•    Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus normal .
D.  Psyche (Psikologis)
•    Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering menjadi penyebab lamanya persalinan, his menjadi kurang baik, pembukaan menjadi kurang lancar
•    Menurut Pritchard, dkk perasaan takut dan cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh terhadap kontraksi rahim dan dilatasi serviks sehingga persalinan menjadi lama.
2.7    Tahap – Tahap Persalinan
    2.7.1    Persalinan kala I
Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurve Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan .
a.    Fase laten berlangsung selama 7-8 jam pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b.    Fase aktif dibagi dalam 3 fase yaitu fase akselerasi dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm dan fase dilatasi maximal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 menjadi 9 cm dan fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap 10 cm.
Kala I ini selesai apabila pembukaan serviks uteri telah lengkap.
2.7.2    Persalinan kala II
Kala pengeluaran karena berkat kekuatan his dan kekuatan mengedan janin didorong keluar sampai lahir. Kala ini berlangsung 1,5 jam pada primigravida dan 0,5 jam pada multipara.
A.  Tanda dan Gejala Kala II Persalinan
•    Ibu ingin meneran bersamaan dengan kontraksi
•    Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektrum/vaginal
•    Perineum terlihat menonjol
•    Vulva vagina dan sfinger membuka
•    Peningkatan pengeluaran lendir & darah

B.  Penatalaksanaan Fisiologis Kala Dua Persalinan
Berikut ini adalah alur untuk penatalaksanaan kala dua persalinan :
1)     Mulai Mengejan
2)     Memantau selama penataksanaan kala dua persalinan.
3)     Posisi Ibu saat Meneran
Membantu ibu untuk memperoleh posisi yang paling nyaman baginya. Ibu dapat berganti posisi secara teratur selama kala dua persalinan karena hal ini sering kali mempercepat kemajuan persalinan.



Gambar 1. Posisi duduk atau setengah duduk



             Gambar 2.Jongkok atau berdiri




Gambar 3. Merangkak atau berbaring miring ke kiri


4)     Melahirkan kepala
Bimbing ibu untuk meneran. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu. Saat sub occiput tampak dibawah simfisis, tangan kanan melindungi perineum dengan dialas lipatan kain dibawah bokong ibu, sementara tangan kiri menahan puncat kepala agar tidak terjadi defleksi yang terlalu cepat saat kepala lahir, Mengusapkan kain bersih untuk membersihkan muka janin dari lendir dan darah.




Gambar 4. Melahirkan Kepala
5)     Memeriksa Tali Pusat
Setelah kepala bayi lahir, minta ibu untuk berhenti meneran dan bernapas cepat. Raba leher bayi, apakah ada leletan tali pusat. Jika ada lilitan longgar lepaskan melewati kepala bayi.



Gambar 5. Memeriksa tali pusat
6)     Melahirkan Bahu
Setelah menyeka mulut dan hidung bayi hingga bersih dan memeriksa tali pusat, tunggu hingga terjadi kontraksi berikutnya dan awasi rotasi spontan kepala bayi.




                     Gambar 6. Melahirkan Bahu
7)     Melahirkan Sisa Tubuh Bayi
•    Setelah seluruh badan bayi lahir pegang bayi bertumpu pada lengan kanan sedemikian rupa hingga bayi menghadap kearah  penolong. Nilai bayi, kemudian letakan bayi diatas perut ibu dengan posisi kepala lebih rendah dari badan .





Gambar 7. Melahirkan Tubuh Bayi

8)     Memotong tali pusat
Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali tali pusat. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. memotong tali pusat diantara kedua klem.




Gambar 8. Memotong Tali Pusat
2.7.3   Persalinan kala III
Kala uri/plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Prosesnya 6-15 menit setelah bayi lahir.
a.    Manajemen aktif kala tiga  menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif
b.    Keuntungan manajemen aktif kala tiga:
•    Kala tiga persalinan yg lebih singkat.
•    Mengurangi jlh kehilangan darah.
•    Mengurangi kejadian retensio plasenta.
     c. Manajemen aktif kala tiga terdiri dari tiga langkah utama
•    Pemberian suntikan oksitosin.
•    Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
•    Rangsangan taktil (pemijatan) fundus uteri (masase).  
A.  Pemberian Suntikan Oksitosin
•    Segera berikan bayi yg telah terbungkus kain kepada ibu utk diberi ASI.
•    Letakkan kain bersih diatas perut ibu.
•    Periksa uterus utk memastikan tdk ada bayi yg lain.
•    Memberitahukan pd ibu ia akan disuntik.
•    Selambat-lambatnya dlm wkt dua menit setelah bayi lahir, segera suntikan oksitosin 10 unit IM pd 1/3 bawah paha kanan bagian luar.

B.  Penegangan Tali Pusat Terkendali
•    Berdiri disamping ibu.
•    Pindahkan klem kedua yg telah dijepit sewaktu kala dua persalinan pd tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
•    Letakkan tangan yg lain pd abdomen ibu (alas dgn kain) tepat dibawah tulang pubis, gunakan tangan lain utk meraba kontraksi uterus dan menahan uterus pd saat melakukan peregangan pd tali pusat, tangan pd dinding abdomen menekan korpus uteri ke bawah dan atas (dorso-kranial) korpus.
•    Jika plasenta tidak turun setelah 30-40 menit dimulainya peregangan tali pusat dan tidak ada tanda - tanda yg menunjukkan lepasnya plasenta, jangan teruskan penegangan tali pusat
•    Setelah terlihat tanda – tanda plasenta akan  terlepas, anjurkan ibu utk meneran  plasenta akan terdorong ke introitus vagina. Tetap tegang kearah bawah mengikuti arah jalan lahir
•    Pada saat plasenta terlihat pd introitus vagina, teruskan kelahiran plasenta dgn menggunakan kedua tangan. Selaput ketuban mudah robek : pegang plasenta dgn kedua tangan rata dgn lembut putar plasenta hingga selaput terpilin

C.  Rangsangan Taktil (Pemijatan) Fundus Uteri  
a.     Segera setelah kelahiran plasenta
•    Letakkan telapak tangan pada fundus uteri.
•    Jelaskan tindakan ini kepada ibu dan mungkin merasa tidak nyaman.
•    Dengan lembut gerakkan tangan secara memutar pada fundus uteri  uterus berkontraksi.
b.    Jika tdk berkontraksi dalam waktu 15 detik, lakukan penatalaksanaan atonia uteri

D.    Tanda-Tanda Lepasnya Placenta
Tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal-hal di bawa ini:
•     Perubahan bentuk dan tinggi fundus. Setelah bayi lahir dan sebelum meometrium mulai berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi fundus biasanya dibawah pusat. Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah, uterus bentuk segitiga atau seperti buah pear atau alpukat dan fundus berada diatas pusat .
•    Tali pusat memenjang. Tali pusat melihat menjulur keluar  melalui vulva (tanda ahfeld)
•     Semburan darah mendadak dan singka.
2.2.4    Persalinan kala IV
Observasi dilakukan mulai lahirnya plasenta selama 1 jam, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya perdarahan postpartum. Observasi yang dilakukan melihat tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi dan pernapasan), kontraksi uterus dan terjadinya pendarahan.
Bentuk Tindakan Dalam Kala IV
Tindakan Baik:
1.    Mengikat tali pusat
2.    Memeriksa tinggi fundus uteri
3.    Menganjurkan ibu untuk cukup nutrisi dan hidrasi
4.    Membersihkan ibu dari kotoran
5.    Memberikan cukup istirahat
6.    Menyusui segera
7.    Membantu ibu ke kamar mandi
8.    Mengajari ibu dan keluarga tentang pemeriksaan fundus dan tanda bahaya baik bagi ibu maupun bayi.
(Abdul, 2006)

2.8    Asuhan Persalinan Normal ( APN )
        2.8.1    Definisi Asuhan Persalinan Normal
Asuhan persalinan normal ( APN ) adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi.hal ini merupakan pergeseran paradigma dan menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi ,menjadi pencegahan komplikasi.persalinan dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pasca persalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan ibu dan bayi baru lahir.( buku asuhan persalinan normal,2008 ).

2.8.2    Tujuan Asuhan Persalinan Normal
Tujuan asuhan persalinan normal (APN ) ialah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman,dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang nayi.(prawihardjo: 2006)
Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan yng tinggi bagi ibu dan bayinya. melalui upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin agar prinsip keamanan dan berkualitas pelayanan dapat terjadi pada tingkat yang diinginkan.dengan pendekatan seperti ini, berarti  bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai al    asan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.( buku asuhan persalinan normal, 2008 ) .


2.8.3    Lima Benang Merah Dalam Asuhan Persalinan Dan Kelahiran Bayi
•    Membuat keputusan klinik
Merupakan suatu proses pemecahan masalah yang digunakan untuk   merencanakan asuhan yang diberikan kepada ibu dan bayi baru lahir.
•    Asuhan sayang ibu dan bayi
Asuhan dengan prinsif saling menghargai budaya,kepercayaan,dan keinginan ibu.
•    Pencegahan Infeksi
Tindakan pencegahan infeksi tidak terlepas dari komponen-komponen lain dari asuhan persalinan dan kelahiran bayi. upaya-upaya untuk menurunkan resiko terjangkit atau terinfeksi migkroorganisme yang menimbulkan penyakit-penyakit yang berbahaya.
•    Pencatatan( rekam medik )
o    Mencatat semua data hasil pemeriksaan, diaognosa, obat-obatan, asuhan/perawatan
o    Pastikan bahwa semua dicatat,jika tidak dicatat asuhan tersebut tidak pernah dilakukan
o    Pastikan setiap partograf bagi setiap pasien di isi dengan lengkap dan benar ( saifuddin,2002).
•    Rujukan
Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal namun sekitar 10-15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi.
B. (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompoten dan memiliki kemampuan untuk menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A.    (Alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan sedang dalam perjalanan.
K. (Keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan/atau bayi dan mengapa ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan keperluan upaya rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan/atau bayi baru lahir ke tempat rujukan.
S. (Surat)
Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai ibu dan/atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan/atau bayi baru lahir. Lampirkan partograf kemajuan persalinan ibu pada saat rujukan.
O. (Obat)
Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke tempat rujukan. Obat-obatan mungkin akan diperlukan selama perjalanan.
K. (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi yang cukup nyaman. Selain itu pastikan bahwa kondisi kendaraan itu cukup baik untuk mencapai tempat rujukan dalam waktu yang tepat.
U. (Uang)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
DA.(darah)
Ingatkan pada keluarga untuk mempersiapkan tranfusi darah yang sesuai.( JNPK-KR,2007).

2.8.4    Langkah- Langkah Asuhan Persalinan Normal (APN)
Persalinan merupakan proses fisiologis yang tidak akan habis sejalan dengan kelangsungan hidup manusia di muka bumi ini. Asuhan Persalinan Normal (APN) disusun dengan tujuan terlaksananya persalinan dan pertolongan pada persalinan normal yang baik dan benar, target akhirnya adalah penurunan angka motalitas ibu dan bayi di Indonesia. Pada awalnya APN terdiri dari 60 Langkah, namun setelah direvisi menjadi 58 Langkah, sebagai berikut :
1.    Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan kala dua.
2.    Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk mematahkan ampul oksitosin dan memasukan alat suntik sekali pakai 2½ ml ke dalam wadah partus set.
3.    Memakai celemek plastik.
4.    Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan degan sabun dan air mengalir.
5.    Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6.    Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakan kembali ke dalam wadah partus set.
7.    Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah dengan gerakan vulva ke perineum.
8.    Melakukan pemeriksaan dalam (pastikan pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah).
9.    Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memaki sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5 % kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5 % selama 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10.    Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai (pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit)).
11.    Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa ingin meneran.
12.    Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman.
13.    Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran.
14.    Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
15.    Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.
16.    Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian b[awah bokong ibu
Letakkan kain bersih di bawah bokong ibu
17.    Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan alat,bahan
18.    Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
19.    Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm, memasang  handuk bersih untuk mengeringkan janin pada perut ibu.
20.    Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin.
21.    Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22.    Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23.    Setelah bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.
24.    Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung ke arah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri di antara kedua lutut janin)
25.     Melakukan penilaian selintas : (a) Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan? (b) Apakah bayi bergerak aktif ?
26.     Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi di atas perut ibu.
27.    Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
28.    Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29.    Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin) pada ibu.
30.    Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31.    Pemotongan dan pengikatan tali pusat
32.    Letakkan bayi agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi
33.    Selimuti bayi dan ibu dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
34.    Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari vulva
35.    Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36.    Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.
37.    Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
38.    Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39.    Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase (pemijatan) pada fundus uteri dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras)
40.    Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam kantong plastik yang tersedia.
41.    Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
42.    Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
43.    Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
44.    Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di paha kiri anterolateral.
45.    Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
46.    Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam.
47.    Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan  menilai kontraksi.
48.    Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49.    Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.
50.    Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik.
51.    Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi.
52.    Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
53.    Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai pakaian bersih dan kering.
54.    Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum.
55.    Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56.    Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5% melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5%
57.     Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58.    Melengkapi partograf ( Buku Panduan Peserta Asuhan persalinan Normal, 2008).
2.8.5 Partograf
Partograf  adalah alat bantu memantau kemajuan kala 1 persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik.tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk :
a.    Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui periksa dalam.
b.    Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.dengan demikian juga dapat mendeteksi secara dini kemungkinan terjadinya partus lama.
c.    Data pelengkapan yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu,kondisi bayi,grafik laboratorium,membuat keputusan klinik dan asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin dan bayi baru lahir.( JNPK-KR:2007 )
•    Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a.    Denyut jantung janin catat setiap 1 jam
b.    Air ketuban catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan  vagina.
•    U : Selaput utuh  
•    T :  Selaput pecah,air ketuban jernih
•    M : Air ketuban bercampur mekonium
•    D :  Air ketuban bernoda darah
•    K :  Tidak ada cairan ketuban / kering
a.    Perubahan bentuk kepala janin ( molding atau molase) :
b.    Pembukaan mulut rahim( serviks ) dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda silang (x).
c.    Penurunan : Mengacu pada bagian kepala ( di bagi 5 bagian ) yang teraba ( pada pemeriksaan abdomen/luar) diatas simpysis pubis : catat dengan tanda lingkaran  (O) pada setiap pemeriksaan dalam.pada posisi 0/5,sinsiput (S) atau paru
d.    Waktu : Menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
e.    Jam : Catat jam sesungguhnya
f.    Kontraksi : Catat setiap setengah jam : lakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap kontraksi dalam hitung detik.
-  Kurang dari 20  detik
-   Antara 20 dan 40 detik
-   Lebih dari 40 detik  
g.    Oksitosin : Jika memakai oksitosin catatlah berapa banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan permenit.
h.    Obat yang diberikan : Catat semua obat lain yang diberikan
i.    Nadi :catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar ( .)
j.    Tekanan darah : Catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
k.    Suhu badan : Catatlah setiap 2 jam
l.    Protein,Aseton,dan volume urin : Catatlah setiap kali ibu berkamih
Jika temuan-temuan melintas kearah kanan dari garis waspada,petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat.












BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1  KALA I
Pengkajian dilakukan pada Tanggal 14 Desember 2011 , Pukul 06.30 WIB, Di LINIK  RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang Desember 2011.
I. DATA SUBJEKTIF
     A. Biodata
Nama    : Ny.”C”                Nama        :Tn”T”
Umur    : 29 tahun                Umur        : 30 tahun
Agama    : Islam                Agama        : Islam
    Suku/ bangsa    : Sumatra /indonesia        Suku/Bangsa    : Indonesia
Pendidikan    : SMA                Pendidikan    : SMA
Pekerjaan    : IRT                Pekerjaan    : Swasta
    Alamat     : Lr. Serdo Usman Ali NO.16 RT 18 RW 05 Kel.sungai buah  
B. Alasan Datang     :
    Pada tanggal 14 Desember pukul 05.30 WIB ibu datang ke KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIAH Palembang . Ibu mengaku hamil 9 bulan anak pertama. Ibu mengeluh nyeri  di daerah perut yang menjalar ke pinggang dan sudah keluar lendir bercampur darah sejak pukul  03.00 WIB, riwayat keluar Lendir dan Darah ada, gerakan anak masih di rasakan ibu.
C. Riwayat Haid
1. Haid
Menarche          : 17 tahun
Siklus              : 28 hari
Lamanya          :  7 hari
Warna              : Merah kehitaman
Jumlah              : 2 x ganti pembalut / hari
Dismenore         : Ada , pada hari pertama
1.    Riwayat Perkawinan
Kawin        : Ya, yang pertama
Usia Kawin        : 24 Tahun
Lama Perkawinan    : 5 Tahun
2.    Riwayat Kehamilan, persalinan dan Nifas yang lalu
No    Umur
Kehamilan    Jenis
Per
salinan    Ditolong
Oleh    Penyulit    Tahun
Persalinan    Nifas/laktasi    Anak
                            BB    TB    JK    KET
1.    Hamil ini                                  


3.    Riwayat Kehamilan Sekarang
HPHT                      : Bulan April 2010
TP                    : Bulan Desember 2011
ANC                    : 7x di Bidan
- TM I                     : 2 x di Bidan
- TM  II                    : 2 x di Bidan
-TM  III                    : 3 x di Bidan
Imunisasi TT                : 1 x di Bidan
Tablet Fe                : 90 Tablet selama kehamilan
Rencana Persalinan             : Di Rumah Sakit
Keluhan         
- TM I                : Mual dan pusing
- TM II                : Tidak ada
-TM III                : Sering kencing
D. Riwayat KB
     Pernah menjadi akseptor KB        : Pernah
     Jenis Kontrasepsi yang digunakan        : Kb suntik
E. Data Kesehatan
1.Penyakit yang diderita pasien
 Penyakit Keturunan            : Tidak ada
 Penyakit yang pernah diderita pasien    : Tidak ada
2.Riwayat penyakit keluarga / keturunan
  Penyakit keturunan            : Tidak ada
3.Riwayat operasi yang pernah dijalani    : Tidak ada
4.Riwayat keluarga / keturunan
     Gemelli        : Tidak ada

F.Pola kebiasaan Sehari-hari
1.    Pola Nutrisi
Makan             : 3 x/hari, yaitu
Pagi    : 1 piring nasi, telur dadar atau tahu,          tempe dan 1 gelas susu
Siang        : 1 piring nasi,1 mangkuk sayur, ikan, dan lauk pauk lainnya.
Malam        : 1 piring nasi, 1 mangkuk sayur bening,dan ikan goreng.
Alergi                : Tidak ada
Minum                : 3 Liter/hari
2.    Pola istirahat dan aktivitas
Tidur Siang            : ± 1 jam/hari
Tidur Malam            : ±7 jam/hari
Aktivitas            : Melakukan pekerjaan rumah tangga
3.    Pola Eliminasi
-    BAB
Frekuensi            : ± 1 x sehari
Konsistensi            : Lembek
Penyulit            : Tidak ada
Warna            : Kuning kecoklatan
-    BAK
Frekuensi             : ± 8 x sehari
Penyulit        : Tidak ada
Warna        : Kuning bening
-    Personal Hygine
Mandi            : 2 x/hari
Gosok gigi            : 3 x/hari
Ganti pakaian dalam            : 2 X sehari selesai mandi
G.    Riwayat Psikososial
Hubungan ibu dengan suami    : Harmonis
Hubungan ibu dengan keluarga    : Harmonis
Keadaan Psikologik        : Baik
II. DATA OBJEKTIF
1)    Keadaan Umum
Kesadaran            : Compos mentis
Keadaan Emosional    : Baik
2)    Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah        : 110 / 80 mmHg
Polse            : 80 x / menit
Respirasi            : 20 x / menit
Suhu            : 36,50C
3)    Status Gizi
Berat Badan
o    Sebelum Hamil    : 55 Kg
o    Sekarang        : 68 Kg
Tinggi Badan        : 156 cm
Lila            : 24 cm
4)    Mata
Kelopak Mata        : Tidak ada kelainan
Konjungtiva        : Tidak anemis
Skclera            : Tidak ikterik
Reflek pupil        : +
5)    Mulut dan Gigi
Gigi            : Tidak caries
Gusi            : Tidak ada pembengkakan
        Kelainan        : Tidak ada
6)    Payudara
Keadaan        : Simetris
Areola mame        : Hyperpigmentasi
        Puting Susu        : Menonjol
        Pengeluaran Cairan    : (-)
        Masa            : Tidak ada
7)    Abdomen
-    Inspeksi
                   Keadaan        : Simetris
        Bekas Operasi        : Tidak ada
        Srtiae            : ada
-     Palpasi
Leopold I    :    TFU 3 jari bawah PX (MCD:30cm) pada fundus teraba bagian yang bulat, tidak keras  dan tidak melenting (bokong)
Leopold II    :    Punggung janin teraba disisi kanan perut ibu dan  bagian-bagian kecil janin teraba disisi kiri ibu
Leopold III    :    Di bagian bawah teraba bagian yang  bulat, keras, melenting (kepala). Kepala sudah masuk PAP
Leopold IV    :     Kepala sudah masuk PAP dengan penurunan 3/5
His     :     Positif (+)
Frekuensi            :    3x/10’/30”
Blass                   :     Kosong                
TBJ    :     (TFU–12) X 155 gr =(30-12)x 155 = 2790 gr (teratur).
-     Auskultasi         
DJJ                     :     Positif (+)
Frekuensi            :    147x/menit, sebelah kanan bawah pusat
8)    Ekstremitas
Atas
Oedem            : Tidak ada
Pergerakan            : Baik
Bawah
Varices            : tidak ada
Pergerakan            : Baik
Reflek patella        : +
9)    Genetalia
-    Inspeksi
Luka            : Tidak ada
Varises            : Tidak ada
Oedema        : Tidak ada
Peradangan        : Tidak ada
Perineum        : Utuh
Masa            : Tidak ada
-     Pemeriksaan Dalam
Portio              : Tipis
Pembukaan Servix    : 3 cm
Ketuban        : (+)
Presentasi        : Kepala
Penurunan        : 2/5
Penunjuk        : UUK Kanan Depan
- Pemeriksaan Penunjang
a)    Darah
Golongan Darah    : tidak di lakukan
Hb            : tidak di lakukan
b)    Urine
Protein        : tidak di lakukan
Glukosa        : tidak di lakukan



III. ANALISA DATA
Diagnosa    : G1 P0 A0 hamil Aterem, inpartu kala 1 fase aktif, Janin Tunggal Hidup, presentasi kepala.
Masalah    : - ibu merasa tidak nyaman akibat nyeri pada perut     sebalah kanan
   - Ibu mengeluh sakit di bagian pinggang
Kebutuhan    :
    Asuhan sayang ibu berupa gosokan pada punggung dan pengaturan nafas secara benar
    KIE tentang posisis yang nyaman selama persalinan
    KIE tentang asupan nutrisi dan cairan selama proses persalinan
    Persiapan persalinan

IV. PERENCANAAN
1.    KIE tentang tanda-tanda dan proses persalinan
•    Kekuatan HIS semakin sering terjaidi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek.
•    Dapat disertai pecah ketuban
2.    Dukungan dari orang-orang terdekat selama proses persalinan
•    Bidan menganjurkan suami untuk mendampingi ibu pada saat proses persalinan .
•    Ibu telah di dampingi oleh suami.
3.    Mengobservasi kondisi ibu dan janin dengan menggunakan partograf
•    Mencatat kemajuan persalinan menggunakan patograf secara berkala .
•    Telah di lakukan pencatatan kemajuan persalinan di patograf  .
4.    Menganjurkan ibu untuk mengambil posisi yang nyaman bagi ibu
•    Bidan Mengatus posisi nyaman yaitu miring ke kiri atau ke kanan .
•    Ibu merasa nyaman .
5.    Menganjurkan ibu untuk tidak mengedan terlebih dahulu sebelum pembukaan lengkap .
•    Bidan menganjurkan ibu tidak mengedan sebelum pembukaan lengkap .
•    Ibu mengerti degan yang di jelaskan bidan .
6.    Menganjurkan ibu untuk BAK apabila kandung kemihnya terasa penuh .
•    Bidan menganjurkan pengosongan kandung kemih
•    Kandung kemih telah kosong .
7.    Memberikan asupan nutrisi kepada ibu berupa makanan dan minuman yang dapat memberikan energi bagi ibu selama proses persalinan
•    Bidan memberikan asupan nutrisi dan minum seperti makanan dan teh manis .
•    Ibu sudah diberikan makan dan minum .
8.    alat dan obat-obatan yang diperlukan selama proses persalinan, termasuk juga pakaian ibu dan bayi termasuk alat-alat resusitasi bayi atau perlengkapan bayi .
•    bidan menyiapkan alat persalinan dan perlengkapan ibu dan bayi.
•    Alat pertolongan persalinan telah disiapkan.

3.2  KALA II
PENGKAJIAN  dilakukan pada tanggal 16 Desember  2011, Pukul. 03.00 WIB, Di KLINIK RAWAT INAP DAN SUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang Desember 2011.
I. SUBJEKTIF
Ibu merasa sakit perut bagian bawah yang semakin  sering dan ada keinginan untuk meneran seperti ingin buang air besar, ibu  mengatakan keluar air-air secara tiba-tiba.
II. OBJEKTIF
1.     Keadaan Umum
Kesadaran                   : Composmentis
Keadaan emosional               : Baik
2.    Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah            : 120/70 mmHg
Polse                       : 24 x/menit
Respirasi                   : 82 x/menit
Suhu                       : 36,5 0C
3.    HIS                : (+)
Frekuensi            : 4 x/10’/45”
4.    DJJ                : 147x/menit
5.    Perineum            : Menonjol
6.    Vulva                : Membuka
7.    Anus                : Ada tekanan
8.    Pemeriksaan Dalam
Portio                 : Tidak teraba
Pembukaan             : Lengkap( 10 cm)
Ketuban             : (-)
Presentasi             : Kepala
Penurunan             : 0/5
Penunjuk             : UUK Kanan depan
III. ANALISA DATA
Diagnosa : G1 P0 A0 hamil aterm in partu , kala II Janin Tunggal Hidup,   Presentasi Kepala
Masalah  :      Ibu merasa mules dan ingin meneran
Kebutuhan:
    Atur posisi ibu saat meneran
    Ajarkan Cara meneran yang baik
    pimpinan persalinan

IV. PERENCANAAN
1.    Memastikan kembali alat-alat dan obat-obatan untuk persalinan siap untuk digunakan.
•    Bidan memastikan kembali kelengkapan alat dan obat-obatan .
•    Alat dan obat-obatan telah lengkap dan siap digunakan .
2.    Mempersiapkan diri untuk menolong persalinan dengan memakai alat perlindungan diri ( APD )
•    Bidan mempersiapkan diri dan memakai APD .
•    Bidan telah mempersiapkan diri .
3.    Beri tahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap .
•    Memberi tahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap .
•    Ibu sudah di beritahu .
4.    Membimbing ibu cara meneran dan mengajarkan  yang baik dan benar
•    Bidan menjelaskan kepada ibu bah wa ibu sudah boleh meneran ketika ada rasa ingin meneran dan mengacarkan cara meneran yang benar agar proses persalinan lancar .
•    Ibu mengerti dengan yang dijelaskan oleh bidan .
5.    Pertolongongan persalinan .
•    Bayi lahir Spontanpada pukul 04:30 WIB , Jenis kelamin laki-laki , injeksi Vit K dan pemberian salep mata .
•    Selesai di lakukan .














3.3 KALA III
Pengkajian dilakukan pada tanggal 16 Desember 2011, Pukul 04.35  WIB,
Di KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH desember 2011

I.    SUBJEKTIF
Ibu merasa lega dengan kelahiran bayinya, ibu mengatakan perutnya  masih mules dan badan terasa lelah .

II.    OBJEKTIF
1.    Bayi lahir spontan pada pukul 14.00 WIB, segera menangis kuat, Jenis kelamin                                      : Laki-laki
BB                     : 3000 gram
PB                    : 49 cm
2.    Keadaan umum
Kesadaran                 :  Compos mentis
Keadaan emosional             :  Baik
TD                    :  110/80 mmhg
Nadi                    :  80 x/menit
RR                    :  20 x/menit
Suhu                    :  36,5 0C
3. Inspeksi
Keluar darah dari vagina secara tiba-tiba, tampak tali pusat bertambah panjang
4. Palpasi
Kemungkinan adanya janin kedua    : Tidak ada
Bentuk uterus                : globular
TFU                    : sepusat
Kandung kemih                : kosong

III.    ANALISA DATA
Diagnosa         : P1 A0 Kala III dengan partus spontan
Masalah             : Ibu merasa lelah
Kebutuhan         :
1. Pemenuhan asupan nutrisi
2.    Melakukan manajemen aktif kala III untuk mempercepat Melahirkan plasenta

IV.    PERENCANAAN
1.    Observasi tanda-tanda vital ibu , Memberitahukan kepada ibu tentangkeadaannya.
Tekanan darah        : 120/80 mmHg
RR            : 24 x/menit
Nadi            : 80 x/menit
Suhu            : 36`C
2.    Memotong Tali pusat
•    Pemotongan tali pusat bayi dengan cara :
Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari umbilikus bayi. Melakukan urutan pada tali pusat kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama. memotong tali pusat diantara kedua klem.
3.    Melakukan menejemen aktif kala III yaitu menyuntikan oksitosin 10 unit secara IM pada 1/3 paha bagian luar ,melakukan peregangan tali pusat terkendali.
•    Memberikan injeksi oksitosin IM pada 1/3 paha bagian luar . untuk memicu kontraksi uterus dan memantau pelepasan plasenta .
•    Prosedur di lakukan dan terdapat tanda-tanda pelepsan plasenta .
4.     Melakukan masase uterus
•    Ajarkan ibu dan keluarga untuk melakukan masase uterus
•    Ibu dan keluarga melakukan .
5.     Observasi pendarahan
•    Melakukan observasi pendarahan
•    Pendarahan sebanyak ± 100 cc
6.     Lakukan penjahitan
•    Bidan menjahit bagian laserasi alan lahir
•    Penjahitan sudah di lakukan
7.     Beri pemenuhan rasa nyaman
•    Membersihkan ibu dan tempat persalinan , mengantikan ibu dengan kain yang bersih dan kering.
•    Prosedur telah di lakukan dan ibu merasa nyaman


3.4     KALA IV
PENGKAJIAN  dilakukan pada tanggal 16 Februari 2011 pada pukul 05.00 WIB , Di KLINIK RAWAT INAP DN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH  Palembang Desember 2011 .

I.    SUBJEKTIF
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayi dan ari-arinya serta ibu mengaku masih merasa mules pada perutnya.
II.    OBJEKTIF
Plasenta lahir pukul 14.45 WIB, plasenta lahir lengkap,berat 500 grm, tebal 2 cm dan panjang tali pusat 50 cm.
1. Pemeriksaan fisik
- Keadaan umum
Kesadaran             : Compos mentis
Keadaan emosional     : Tampak lelah
Tekanan darah         : 110/70 mmHg
Pols                :  80 x/menit
Respirasi             : 20 x/menit
Suhu             :  36 C
2. Pemeriksaan kebidanan
- Inspeksi
Perdarahan             : normal 100 cc
- Laserasi
Jalan lahir            : ada
Oedema            : tidak ada
- Palpasi
Kontraksi uterus         :  Baik
Konsistensi            :  Keras
Involusi uteri        :  Baik
TFU             :  Dua jari bawah pusat
Kandung kemih         :  Kosong
III.    ANALISA DATA
Diagnosa             : P1 A0  post partum kala IV
Masalah                 : ibu merasa mules pada perutnya
Kebutuhan             :  1. Pemantauan keadaan ibu
   2. KIE tentang cara masase uterus
IV.    PERENCANAAN
1.    Membantu ibu meningkatkan hubungan dengan bayinya dengan membiarkan ibu mendekap bayinya dan memberikan ASI
•    Memberikan KIE tentang ASI Ekslusif  kepada ibu dengan cara memberikan ASI saja selama 6 bulan pertama.
•    Ibu mengerti dengan anjuran bidan.

2.    Mengajarkan ibu tentang perawatan bayi baru lahir .
•    Mengajarka ibu cara perawatan bayi baru lahir
•    Ibu mengerti dengan yang dijelaskan oleh bidan.
3.    Beri KIE tentang asupan nutrisi
•    Menganjurkan kepada ibu untuk memakan makanan yang bergizi seperti sayur , buah , dan banyak minum .
•    Ibu mengerti apa yg dianjurkan oleh bidan .
4.    Beri KIE tentang rasa nyaman
•    Menganjurkan ibu membersihkan alat kelamin setelah BAK dan BAB dengan menggunakan air Bersih . serta mengganti pakaian dalam jika terasa lembab.
•    Ibu mengerti dengan anjuran bidan .
5.    Kolaborasi dengan dokter SpOG Via telepon
•    Intruksi
-    Amoxcillin 500 mg 3 x 1 tablet per oral
-    Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 tablet per oral
-    Vit B-Complex 2 x 1 tablet per oral
•    Pemberian terapi obat telah dilakukan .
6.    Mensterilkan dan merapikan kembali peralatan dan tempat bersalin
•    Dekontaminasi tempat persalinan dan peralatan
•    Dekontaminasi alat dan tempat persalinan sudah di lakukan.
7.    Melakukan pendokumentasian dan melengkapi partograf
•    Bidan melakukan pendokumentasian dan melengkapi patograf.




BAB IV
PEMBAHASAN

Persalinan normal adalah setelah bayi lahir spontan serta tidak ada  komplikasi terutama perdarahan pasca persalinan, hipotermi serta asfiksia bayi baru lahir .
Tujuan asuhan persalinan yang normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan tercapainya derajad kesehatan bagi ibu dan  melalui berbagai upaya yang terintergasi dan lengkap serta interveyansin minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal.Didalam asuhan persalinan nomal dapat 58 langkah  berguna untuk menuntun pelaksanaan persalinan yang aman dan bersih.
Setelah dilakukan pengkajian terhadap Ny”S” pada tanggal 16 Desember 2011 pukul 03.30 WIB di ruang KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang ,maka berdasarkan data subjektif dan objektif dapat di tegakan diagnosa G1 P0 A0 hamil minggu, Puka , Preskep, JTH , dengan pemerksaan dalam yaitu pembukaan sevik 10 cm, portio tipis, pendataran 40 %, ketuban (-), terbawah kepala, dan penurunannya 2/5. Dalam kondisi ini ibu sudah tidak diperbolehkan lagi untuk berjalan-jalan dikarenakan ketuban telah pecah.
Pada kala II yaitu pukul 04.00 WIB, ibu mengaku ada dorongan untuk meneran. Maka dilakukan pemeriksaan dalam, kemudian didapatkan hasil pemeriksaan yaitu pembukaan lengkap 10 cm , portio tidak teraba lagi, pendataran 100%,dan penurunan 0/5, kemudian ibu di pimpin untuk meneran, pada pukul 14.30 WIB bayi lahir spontan dengan APGAR SCORE 8/9, jenis kelamin laki-laki dengan berat 3000 gram dan panjang badan 49 cm. Lamanya kala 1 pada kasus ini tampaknya tidak sesuai dengan teori yang ada  .
Pada kala III yaitu 04.40  WIB , sesuai manajemen aktif kala III di lakukan peregangan tali pusat terkendali,dan plasenta lahir lengkap, kotiledon lengkap .
Pengkajian kala IV dilakukan setiap 15 menit yaitu pada satu jam pertama dan pengkajian selanjutnya dilakukan setiap 30 menit yaitu pada satu jam kedua, dan pada praktiknya pukul 04.55 WIB  di lakukan pengkajian dengan hasil yaitu : TD:120/80mmhg, nadi:80x/mnt, RR:24x/mnt, TFU:2jari di bawah pusat, Kontraksi uterus baik, perdarahan:100cc. Dan pada pukul 05.00 WIB  di lakukan pengkajian selanjutnya dengan hasil TD:120/80mmhg, Nadi:80/mnt, RR:20x/mnt, kontraksi uterus baik, perdarahan 50cc.













BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1    Kesimpulan
Berdasarkan Kasus pada Ny”C”, dapat disimpulkan bahwa  persalinan Ny”C” adalah Persalinan spotan  karena menurut hasil pemeriksaan tidak terdapat data-data yang mengindikasikan persalinan dengan tindakan dan komplikasi.
Mahasiswa dapat melaksanakan pengumpulan data-data dasar dengan mengidentifikasi Ny”C” dan mahasiswa dapat melakukan analisa data dan mencoba menegakan diagnosa, masalah dan kebutuhan pada ibu, mahasiswa dapat merencanakan asuhan secara keseluruhan untuk Ny”C” dan dapat mengimplementasikannya serta mampu mengevaluasi dan melakukan dokumentasi kembali Asuhan Persalinan yang telah di berikan.
5.2    Saran
5.2.1    Bagi KLINIK RAWAT INAP DAN RUMAH BERSALIN PKU MUHAMMADIYAH Palembang .
Di harapkan pihak Rumah sakit melengkapi sarana dan prasarana supaya pelayanan yang diterima dan diberikan menjadi  lebih baik untuk masyarakat dan mahasiswa di masa yang akan datang. Untuk bagian Kebidanan kebidanan agar tetap mempertahankan kualitas pelayanan.
5.2.2    Bagi Institusi Pendidikan
Di harapkan institusi pendidikan agar tetap meningkatkan keterampilan pada mahasiswi Kebidanan pondok pesantren Assanadiyah  Palembang dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin  dengan memperbanyak latihan baik di institusi pendidikan maupun langsung di lahan praktik (Rumah Sakit, BPS, Dsb)
5.2.3    Bagi Mahasiswa
    Diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melaksanakan Asuhan Kebidanan selama proses pembelajaran dilahan praktik
    Mahasiswi sebaiknya menerapkan 5 S (Senyum, salam, sapa,sopan ,santun.)
    Mahasiswi dalam melakukan praktik harus tetap menjaga etika dan privaci pasien.















DAFTAR PUSTAKA


Tim Revisi. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK – KR
Saifudin Abdul Bari, Andriansz George, dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka
Manuaba Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC
Saifudin Abdul Bari, Rachimhadi Trijatmo, dkk. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka
Tim Revisi. 2008. Buku Panduan Peserta Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR




  

Jumat, 06 Januari 2012

KEBUTUHAN DASAR MASA NIFAS


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian asuhan post partum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas antara lain :
  1. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama masa nifas.
  2. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga.
  3. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman.
  4. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
  5. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
  6. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
  7. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data, menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama priode nifas.
  8. Memberikan asuhan secara professional.
1.2   Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswi mengetahui tentang mekanisme Kebutuhan dasar pada ibu Nifas .

2.       Tujuan Khusus
 Mahasiswi Akbid mampu melakukan penatalaksanaan pada kebutuha – kebutuhan ibu nifas.

1.3   Manfaat
Mahasiswi akbid mampu menerapkan kebutuhan ibu pada masa nifas di lapangan dan bermanfaat bagi masyarakat luas .














BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas
2.1.1 Nutrisi dan Cairan
·         Nutrisi
Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus untuk proses metabolisms tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 k. kalori bulan selanjutnya.
Gizi Ibu Menyusui

Ø  Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
Ø  Makan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral, dan vitamin yang cukup.
Ø  Minum sedikitnya 3 liter setiaphari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
Ø  Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
Ø  Minum Vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan Vitamin A kepada bayinya melalui ASInya.
Sesudah satu bulan pasca persalinan, makanlah makanan yang mengandung kalori cukup banyak untuk mempertahankan berat badan si ibu.
Jika ibu ingin menyusui bayi kembar dua, kembar tiga atau bayi baru lahir beserta dengan kakaknya yang balita ibu meembutuhkan kalori Iebih banyak dari pada ibu menyusui satu bayi saja. Jika ibu ingin menurunkan berat badan batasi besarnya penurunan tersebut sampai setengah kilogram perminggu. Pastikan diet ibu mengandung 1500 kalori dan hidrusi diet cairan atau obat-obatan pengurus badan.
Penurunan berat badan lebih dari setengah kilogram perminggu dan pembatasan kalori yang terlalu ketat akan rnengganggu gizi dan kesehatan ibu serta dapat membuat ibu memproduksi ASI lcbih lanjut.

·         Karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat. Laktosa (gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam jumlah lebih besar dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah di metabolisme menjadi dua gula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
·         Lemak
Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira setengah kalori yang diproduksi oleh air susu ibu.

·         Protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah sekitar 10-15%. Protein utama dalam air susu ibu adalah whey. Mudah dicerna whey menjadi kepala susu yang lembut yang memudahkan penyerapan nutrient kedalam aliran darah bayi. Sumber karbohidrat yaitu :
Ø  Nabati :tahu, tempe dan kacang – kacangan
Ø  Hewani : daging, ikan, telur, hati, otak, usus, limfa, udang, kepiting

·         Vitamin dan Mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolisme tubuh. Beberapa vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi bertumbuh dan berkembang.
Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun kandungannya dalam makanan adalah Vit B6, tiamin, As.folat, kalsium, seng, dan magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan As.folat dalam air susu langsung berkaitan dengan diet atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai akan mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi.
Ø  Sumber vitamin : hewani dan nabati
Ø  Sumber mineral : ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan yodium.


·         Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi.
Ø  Asupan tablet tambah darah dan zat besi diberikan seta= 40 hari post partum
Ø  Miuman kapsul Vit A (200.000 unit)

2.1.2 Ambulasi Pada Masa Nifas
Persalinan merupakan proses yang melelahkan, itulah mengapa Ibu disarankan tidak langsung turun ranjang setelah melahirkan karena dapat menyebabkan jatuh pingsan akibat sirkulasi darah yang belum berjalan baik. Ibu harus cukup beristirahat, dimana Ibu harus tidur terlentang selama 8 jam post partum untuk mencegah perdarahan post partum. Setelah itu, mobilisasi perlu dilakukan agar tidak tcrjadi pembengkakan akibat tersumbatnya pembuluh darah Ibu. Pada persalinan normal, jika gerakannya tidak terhalang oleh pemasangan infuse atau kateter dan tanda-tanda vitalnya juga memuaskan, biasanya Ibu diperbolehkan untuk mandi dan pergi kc wc dcngan dibantu, satu atau dua jam setelah melahirkan secara normal. Sebelum waktu ini, Ibu diminta untuk melakukan latihan menarik nafas yang dalam serta latihan tungkai yang sederhana dan harus duduk serta mcngayunkan tungkainya dari tepi ranjang. Pasien Sectio Caesarea biasanya mulai ‘ambulasi’ 24-36 jam sesudah melahirkan. Jika Pasien menjalani analgesia epidural, pemuiihan sensibilitas yang total harus dilakukan dahulu sebelum ambulasi dimulai. Setelah itu Ibu bisa pergi ke kamar mandi. Dengan begitu sirkulasi darah di dalam tubuh akan berjalan dengan baik. Gangguan yang tidak diinginkan pun bisa dihindari.
Mobilisasi hendaknya dilakukan secara bertahap. Dimulai dengan gerakan miring ke kanan dan ke kiri. Pada hari kedua Ibu telah dapat duduk, lalu pada hari ketiga Ibu telah dapat menggerakkan kaki yakni dengan jalan-jalan. Hari keempat dan kelima, Ibu boleh pulang. Mobilisasi ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka. Terkait dengan mobilisasi, Ibu sebaiknya mencermati faktor-faktor berikut ini:
Ø  Mobiliasi jangan dilakukan terlalu cepat sebab bisa menyebabkan Ibu terjatuh. Khususnya jika kondisi Ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Meski begitu, mobilisasi yang terlambat dilakukan juga sama buruknya, karena bisa menyebabkan gangguan fungsi organ tubuh, aliran darah tersumbat, teranggunya fungsi otot dan lain-lain.
Ø  Yakinlah Ibu bisa melakukan gerakan-gerakan di atas secara bertahap.
Ø  Kondisi tubuh akan cepat pulih jika Ibu melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat. Tidak Cuma itu, sistem sirkulasi di dalam tubuh pun bisa bcrfungsi normal
kembali akibat mobilisasi. Bahkan penelitian menyebutkan early ambulation (gerakan sesegera mungkin) bisa mencegah aliran darah terhambat. Hambatan aliran darah bisa menyebabkan terjadinya trombosis vena dalam atau DVT (Deep Vein Thrombosis) dan bisa menyebabkan infeksi.
Jangan melakukan moblisasi secara berlebihan karena bisa membebani jantung.
Latihan postnatal dilakukan seperti diuraikan dalam gambar 20.2. biasanya latihan dimulai pada hari pertama dan dilakukan sehari sekali dengan pengawasan Bidan. Pada beberapa Rumah Sakit, fisioterapis menyelenggarakan kelas-kelas latihan postnatal pada hari-hari tertentu setiap minggu.
Tujuan latihan dijelaskan pada lbu sehingga la menyadari pentingnya meluangkan waktu untuk mengikuti latihan ketika di Rumah Sakit dan akan melanjutkannya setelah di rumah nanti. Latihan membantu menguatkan otot-otot perut dan dengan demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik, mengencangkan dasar panggul sehingga mencegah atau memperbaiki stres inkontinensia, dan membantu memperbaiki sirkulasi darah di seluruh tubuh.
2.1.3 Proses Adaptasi Psikologis Ibu Pada Masa Nifas Eliminasi ( BAB / BAK )
·         Fungsi Sistem Perkemihan
a. Mencapai hemostatis internal
Keseimbangan Cairan dan Elektrolit
Cairan yang terdapat dalam tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang terlarut di dalamnya. 70 % dari air tubuh terletak di dalam sel-sel dan dikenal sebagai cairan intraselular. kandungan air sisanya disebut cairan ekstraselular. Cairan ekstraselular dibagi antara plasma darah, dan cairan yang langsung memberikan lingkungan segera untuk sel-sel yang disebut cairan interstisial (Cambridge, 1991: 2)
Edema adalah tertimbunnya cairan dalam jaringan akibat gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh.
 Dehidrasi adalah kekurangan cairan atau volume air yang terjadi
pada tubuh karena pengeluaran berlebihan dan tidak diganti.
b. Keseimbangan asam basa tubuh
batas normal PH cairan tubuh adalah 7,35-7,40
Bila PH >7,4 disebut alkalosis dan jika PH <>
c. Mengeluarkan sisa metabolisme, racun dan zat toksin
ginjal mengekskresi hasil akhir metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama : urea, asam urat, dan kreatinin.

·         Keseimbangan dan keselarasan berbagai proses di dalam tubuh
a. Pengaturan Tekanan Darah
Menurunkan volume darah dan serum sodium (Na) akan meningkatkan serum pottasium lalu merangsang pengeluaran renin yang dalam aliran darah diubah menjadi angiotensin yang akan mengekskresikan aldosteron sehingga mengakibatkan terjadinya retensi Na+ + H2O kemudian terjadi peningkatan volume darah yang meningkatkan tekanan darah.
Angiotensin juga dapat menjadikan vasokontriksi perifer yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
b. Perangsangan produksi sel darah merah
Dalam pembentukan sel darah merah diperlukan hormon eritropoietin untuk merangsang sumsum tulang hormon ini dihasilkan oleh ginjal.
·         Sistem Urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar sterorid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. diperlukan kira-kira dua sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993). Pada sebagian kecil wanita, dilaktasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
a. Komponen Urine
Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu meyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat selama pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi, Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita. Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.
b. Diuresis Postpartum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabilisme air pada masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy)
c. Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai di daerah­daerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema, terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan balk. pada masa pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal (Cinningham, dkk, 1993). Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir

2.1.4  Inkontinesi Urine
Ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih Jika kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensi (Inkontinensi komplit) Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan selama inkontinensia (inkontinensi sebagian)
Penyebab Inkontinensi
Ø  Proses ketuaan
Ø  Pembesaran kelenjar prostate
Ø  Spasme kandung kemih
Ø   Menurunnya kesadaran
Ø  Menggunakan obat narkotik sedative
Ada beberapa jenis inkontinensi yang dapat dibedakan :
Ø  Total inkontinensi
Adalah kelanjutan dan tidak dapat diprediksikan keluarnya urine. Penyebabnya biasanya adalah injury sfinter eksternal pada laki-laki, injury otot perinela atau adanya fistula antara kandung kemih dan vagina pada wanita dan kongenital atau kelainan neurologis.
Ø  Stress inkontinensi
Ketidaksanggupan mengontrol keluarnya urine pada waktu tekanan abdomen meningkat contohnya batuk, tertawa — karena ketidaksanggupan sfingter eksternal menutup.
Ø  Urge inkontinensi
Terjadi pada waktu kebutuhan berkemih yang baik, tetapi tidak dapat ketoilet tepat pada waktunya. Disebabkan infeksi saluran kemih bagian bawah atau spasme kandung kemih.
Ø  Fungisonal inkontinensi
Adalah involunter yang tidak dapat diprediksi keluarnya urine. Biasa didefinisikan sebagai inkontinensi persists karena secara fisik dan mental mengalami gangguan atau beberapa faktor lingkungan dalam persiapan untuk buang air kecil di kamar mandi.
Ø  Refleks inkontinensi
Adalah involunter keluarnya urine yang diprediksi intervalnya ketika ada reaksi volume kandung kemih penuh. Klien tidak dapat merasakan pengosongan kandung kemihnya penuh.
·         Enuresis
o Sering terjadi pada anak-anak
o Umumnya terjadi pada malam hari — nocturnal enuresis
o Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
Penyebab Enuresis
Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya
Ø  Anak-anak yang tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi darikeinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya bagun tidur untuk kekamar mandi.
Ø  Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urine dalam jumlah besar.
Ø  Suasana emosional yang tidak menyenangkan di rumah (misalnya persaingan dengan saudara kandung, cekcok dengan orang tua). Orang tua yang mempunyai pendapat bahwa anaknya akan mengatasi kebiasaannya tanpa dibantu untuk mendidiknya.
Ø  lnfeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurologi sistem perkemihan.
Ø  Makanan yang banyak mengandung garam dan mineral atau makanan pemedas.
Ø   Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk kekamar mandi.
2.1.5 Perubahan Sistematik Pascapartum , Urinarius .
Setelah melahirkan, sistem urinarius kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil. Perubahan ini merupakan perubahan yang retrogresif yang efeknya banyak menghabiskan tenaga dan berat badan. Hamper segera setelah melahirkan,terjadi diuresis untuk membersihkan tubuh dari kelebihan cairan yang di kumpulkan oleh tubuh selama kehamilan.
Temuan kajian :
1. Kehilangan tonus kandung kemih untuk sementara
2. Kehilangan sensasi untuk berkemih
3. Uterus terdesak oleh distensi kandung kemih
4. Peningkatan produksi urin
5. Peningkaatan keringat
Implikasi keperawatan :
1.      dapatkan riwayat pascapartum dan lakukan pemeriksaan fisik lengkap
2.      dapatkan riwayat proses persalinan lengkap
3.       kaji distensi kandung kemih dengan palpasi atau perkusi diatas abdomen dan diatas simfisis pubis.
4.      palpasi fundus uteri; fundus yang lunak dan redup mungkin mengindikasikan distensi kandung kemih.
5.       anjurkan kepada klien untuk berjalan ke kamar mandi dan berkemih pada akhirjam pertama pascapartum.
6.      temani klien selama proses berkemihnya yang pertama untuk mengantisipasi rasa pusing yang dialami klien.
7.       nyalakan keran air, berikan klien segelas air, atau alirkan air hangat diatasvulva untuk membantu proses berkemih.
8.      pasang kateter jika kandung kemih klien mengalami distensi dank lien tidak mampu untuk berkemih sendiri pada akhir jam pertama.
9.       pantau masukan dan keluaran engan ketat untuk mencegah terjadinya ketidakseimbangan cairaan.

2.1.6 Kebutuhan Dasar Ibu Masa Nifas Kebersihan Diri / Perinium
Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya, debu, sampah, dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen, dan bahan kimia berbahaya.
Mencuci adalah salah satu cara menjaga kebersihan dengan memakai air dan sejenis sabun atau deterjen. Mencuci tangan dengan air dan sabun, atau menggunakan produk kebersihan tangan merupakan cara terbaik dalam mencegah penularan influenza dan batuk-pilek.
Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja, dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara melap jendela dan perabot rumah tangga, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan, membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah dari sampah.
Tingkat kebersihan berbeda-beda menurut tempat dan kegiatan yang dilakukan manusia. Kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan kamar bedah di rumah sakit, sedangkan kebersihan di pabrik makanan berbeda dengan kebersihan di pabrik semikonduktor yang bebas debu.
·         Kebersihan Pada Masa Nifas
Empat puluh minggu masa kehamilan telah terlewati dengan mulus. Namun masih harus menjalani proses yang tak kalah merepotkan, yakni proses “pembersihan diri” alias masa nifas. Biasanya berlangsung 40 hari. Tahapan-tahapan selama masa nifas ini, vagina akan terus-menerus mengeluarkan darah. Biasanya darah tersebut mengandung trombosit, sel-sel tua, sel-sel mati (nekrosis), serta sel-sel dinding rahim (endometrium), yang disebut lokia. Ibu pasca melahirkan akan mengalami empat tahapan perubahan lokia dalam masa nifas ini:
Ø  Merah segar (lokia lubra). Tahap pertama ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah melahirkan. Darah pada tahapan pertama ini berpotensi mengandung banyak kuman penyakit.
Ø  Merah dan berlendir (lokia sanguinolenta). Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama satu hingga dua minggu
Ø  Kuning kecoklatan lalu merah muda (lokia serosa). Cairan yang berwarna seperti ini biasanya mulai keluar dua minggu hingga satu bulan setelah melahirkan.
Ø  Kekuningan lalu bening (lokia alba). Cairan ini keluar selama sekitar dua minggu, yakni dari minggu keempat sampai minggu keenam. Bila cairan lokia sudah berwarna bening, tandanya masa nifas Anda berlangsung normal. Kebersihan yang kurang terjaga di masa nifas bukan hanya dapat mengundang infeksi pada vagina tapi juga rahim.
Pada prinsipnya, urgensi kebersihan vagina pada saat nifas dilandasi beberapa alasan yaitu :
(1) Banyak darah dan kotoran yang keluar dari vagina.
(2) Vagina berada dekat saluran buang air kecil dan buang air besar yang tiap hari kita lakukan.
(3) Adanya luka di daerah perineum yang bila terkena kotoran dapat terinfeksi.
(4) Vagina merupakan organ terbuka yang mudah dimasuki kuman. untuk kemudian menjalar ke rahim.
Ø  Langkah Kebersihan Vagina
Berikut mengenai cara membersihkan vagina yang benar :
(1) Siram mulut vagina hingga bersih dengan air setiap kali habis BAK dan BAB. Air yang digunakan tak perlu matang asalkan bersih. Basuh dari arah depan ke belakang hingga tidak ada sisa-sisa kotoran yang menempel di sekitar vagina baik itu dari air seni maupun feses yang mengandung kuman dan bisa menimbulkan infeksi pada luka jahitan.
(2) Vagina boleh dicuci menggunakan sabun maupun cairan antiseptik karena dapat berfungsi sebagai penghilang kuman. Yang penting jangan takut memegang daerah tersebut dengan saksama.
(3) Bila ibu benar-benar takut menyentuh luka jahilan, upaya menjaga kebersihan vagina dapat dilakukan dengan cara duduk berendam dalam cairan antiseptik selama 10 menit. Lakukan setelah BAK atau BAB.
(4) Yang kadang terlupakan, setelah vagina dibersihkan, pembalutnya tidak diganti. Bila seperti itu caranya maka akan percuma saja. Bukankah pembalut tersebut sudah dinodai darah dan kotoran? Berarti bila pembalut tidak diganti, maka vagina akan tetap lembap dan kotor.
(5) Setelah dibasuh, keringkan perineum dengan handuk lembut, lalu kenakan pembalut baru. Ingat pembalut mesti diganti setiap habis BAK atau BAB atau minimal 3 jam sekali atau bila sudah dirasa tak nyaman.
(6) Setelah semua langkah tadi dilakukan, perineum dapat diolesi salep antibiotik yang dircsepkan oleh dokter.
·         Perawatan Pada Tindakan Episiotomi
Jika persalinan normal sampai memerlukan tindakan episiotomi, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar proses pemulihan berlangsung seperti yang diharapkan.
Inilah cara perawatan setelah episiotomi:
1. Untuk menghindari rasa sakit kala buang air besar, ibu dianjurkan memperbanyak konsumsi serat seperti buah-buahan dan sayuran. Dengan begitu tinja yang dikeluarkan menjadi tidak keras dan ibu tak perlu mengejan. Kalau perlu, dokter akan memberikan obat untuk melembekkan tinja.
2. Dengan kondisi robekan yang terlalu luas pada anus, hindarkan banyak bergerak pada minggu pertama karena bisa merusak otot-otot perineum. Banyak-banyaklah duduk dan berbaring. Hindari berjalan karena akan membuat otot perineum bergeser.
3.  Jika kondisi robekan tidak mencapai anus, ibu disarankan segera melakukan mobilisasi setelah cukup beristirahat (lihat boks Perhatikan Tahapan Mobilisasi hlm. ).
4.  Setelah buang air kecil dan besar atau pada saat hendak mengganti pembalut darah nifas, bersihkan vagina dan anus dengan air seperti biasa. Jika ibubenar-benar takut untuk menyentuh luka jahitan disarankan untuk duduk berendam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Dengan begitu, kotoran berupa sisa air seni dan feses juga akan hilang.
5. Bila memang dianjurkan dokter, luka di bagian perineum dapat diolesi       salep antibiotik.
·         Bila Terjadi Infeksi
Infeksi bisa terjadi karena ibu kurang telaten melakukan perawatan pasca persalinan. Ibu takut menyentuh luka yang ada di perineum sehingga memilih tidak membersihkannya. Padahal, dalam keadaan luka, perineum rentan didatangi kuinan dan bakteri sehingga mudah terinfeksi. Gejala-gejala infeksi yang dapat diamati adalah :
Ø  suhu tubuh melebihi 37,5° C.
Ø  menggigil, pusing, dan mual
Ø  keputihan
Ø  keluar cairan seperti nanah dari vagina
Ø  cairan yang keluar disertai bau yang sangat
Ø  keluarnya cairan disertai dengan rasa nyeri
Ø  terasa nyeri di perut
Ø  perdarahan kembali banyak padahal sebelumnya sudah sedikit. Misalnya, seminggu sesudah melahirkan, pendarahan mulai berkurang tapi tiba-tiba darah kembali banyak keluar.
Bila ada tanda-tanda seperti di atas, segera periksakan diri ke dokter. Infeksi vagina yang ringan biasanya ditindaklanjuti dengan penggunaan antibiotik yang adekuat untuk membunuh kuman-kuman yang ada di situ.

2.1.7 Kebutuhan Dasar Masa  Nifas ( Istirahat )
Istirahat yang memuaskan bagi ibu yang baru merupakan masalah yang sangat penting sekalipun kadang-kadang tidak mudah dicapai. keharusan ibu untuk beristirahat sesudah melahirkan memang tidak diragukan lagi, kehamilan dengan beban kandungan yang berat dan banyak keadaan yang menganggu lainnya, plus pekerjaan bersalin,bukan persiapan yang baik dalam menghadapi kesibukan yang akan terjadi pada hal hari-hari postnatal akan dipengaruhi oleh banyak hal : begitu banyak yang harus dipelajari asi yang diproduksi dalam payudara, kegembiraan menerima kartu ucapan selamat, karangan bunga, hadiah-hadiah serta menyambut tamu, dan juga kekhawatiran serta keprihatian yang tidak ada kaitannya dengan situasi ini. dengan tubuh yang letih dan mungkin Pula pikiran yang sangat aktif, ibu sering perlu diingatkan dan dibantu agar mendapatkan istirahat yang cukup.
·         Istirahat Malam
Selama satu atau dua malam yang pertama, ibu yang baru mungkin memerlukan obat tidur yang ringan. Biasanya dokter akan memberikannya jika benar-benar diperlukan. Kerapkali tubuhnya sendiri yang mengambil alih fungsi obat tidur ini dan ia benar-banar tidur lelap sehingga pemeriksaan tanda-tanda vital serta fundus uteri hanya sedikit mengganggunya. Sebagian ibu menemukan bahwa lingkungan yang asing baginya telah mengalihkan perhatiannya dan sebagian lainnya merasa terganggu oleh luka bekas episiotomi sehingga semua ini akan menghalangi tidurnya ketika pengaruh pembiusan sudah hilang. Rasa nyeri atau tcrganggu selalu memerlukan pemeriksaan dan analgesik dapat diberikan sebelum pasien menggunakan obat tidur.
Setelah hari kedua postnatal ,pemberian obat tidur pada malam hari biasanya sudah tidak dibutuhkan lagi dan tidak dianjurkan jika ibu ingin menyusui bayinya pada malam hari. ibu harus dibantu agar dapat beristirahat lebih dingin dan tidak diganggu tanpa alasan. Hal-hal kecil yang menarik perhatiannya seperti suara pintu yang berderik atau bunyi tetesan air dari keran harus dilaporkan pada siang harinya sehingga dapat di atasi sebelum suara-suara tersebut mengganggu tidur ibu.
Ibu yang baru yang tidak dapat tidur harus diobservasi dengan ketat dan semua keadaan yang di temukan harus dilaporkan pada dokter. Insommia merupakan salah satu tanda peringatan untuk psikosis nifas.

Waktu siang hari di rumah sakit tidak perlu terlalu diprihatinkan, namun banyak orang mengatakan hal tersebut harus pulang ke rumah untuk bisa beristirahat merupakan pernyataan yang sering terdengar dan petugas yang terlibat dalam unit asuhan maternitas harus mendengarkan serta mencari mcngapa keluhan tersebut bisa tcrjadi.
Pada hampir setiap rumah sakit bersalin, priode istirahat yang jelas perlu disediakan secara teratur dan kerapkali di perlukan selama satu jam sebelum makan siang tirai ditarik, radio dimatikan, staf keperawatan harus bekerja tanpa suara, tamu yang ingin berkunjung dilarang dan pangilan telpon tidak diteruskan kepada pasien kecuali benar-benar mendesak. Ibu harus dibantu untuk mengatur sendiri bagaimana memanfaatkan waktu istirahat ini: berbaring telungkup (mungkin dengan bantal di bawah panggulnya ) untuk membantu drainase uterus jika posisi nyaman baginya. priode istirahat ini umumnya memberikan manfaat fisik maupun psikologis yang sangat besar. Beberapa rumah sakit mengulangi waktu istirahat yang jelas pada sore harinya.
Kalau ditanya apa yang membuat bangsal postnatal tampak begitu sibuk, jawaban sebagian ibu mengungkapkan hal yang terjadi. kejadian yang rutin dan teratur,seperti visite dokter, program latihan, peragaan dalam memandikan bayi atau bahkan menyusui bayi tampaknya bukan masalah. kegiatan-kegiatan yang membutuhkan curahan emosi, seperti menghadapi tamu dan panggilan telpon dari luar, atau menulis surat ucapan terima kasih atas pengiriman kartu ucapan selamat dan hadiah, semua ini lah yang melelahkan ibu baru melahirkan barang kali perawat yang dapat merasakan kesibukan ibu dalam menghadapi hal-hal semacam itu. Dapat membantunya dengan membahas prioritas, Apakah setiap orang yang mangirim surat ucapan selamat benar-benar memerlukan jawaban. Di samping itu, perawat harus berhati-hati pada saat jam kunjungan untuk menjaga agar ibu tidak terlalu lelah.
·         Tidur
Masa nifas berkaitan dengan gangguan pola tidur, terutama segera setelah melahirkan. 3 hari pertama dapat merupakan hari yang sulit bagi ibu akibat penumpukan kelelahan karena persalinan dan kesulitan beristirahat karena perineum. Nyeri perineum pasca partus berkolerasi erat dengan durasi kala II persalinan. Rasa tidak nyaman di kandung kemih, dan perineum, serta gangguan bayi, semuanya dapat menyebabkan kesulitan tidur, yang dapat mempengaruhi daya ingat dan kemampuan psikomotor. Secara eoritis pola tidur kembali mendekati normal dalam 2 / 3 minggu setelah persalinan, tetapi ibu yang menyusui mengalami gangguan pola tidur yang lebih besar.
Yang sangat di idamkan ibu baru adalah tidur dia tidur lebih banyak istirahat di minggu 2 dan bulan 2 pertama setelah melahirkan, bias mencegah depresi dan memulihkan tenaganya yang terkuras habis.
Banyak orang yang mengalami sulit tidur. Orang dewasa butuh rata - rata   7 - 8 jam untuk tidur dan semakin sedikit waktu yang dibutuhkan untuk tidur saat orang semakin tua. Orang yang sudah tua biasanya membutuhkan 5 - 6 jam, sesekali begadang tidak mengganggu kecuali menyebabkan kelelahan esok harinya. Gangguan tidur yang menetap sering diakibatkan stres, kegelisahan, atau depresi yang membuat Anda torus capai, kesal, dan tak dapat berkonsentrasi. Simpton atau gejala fisik seperti nyeri, masalah pernafasan dan hot flush ( serangan rasa panas ) Juga beberapa obat dapat mengganggu tidur.
Kurang istirahat Akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
1.      Mengurangi jumlah AS1 yang di produksi
2.      Memperlambat proses involusio uterus dan meningkatkan perdarahan
3.       Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri.

Ada beberapa hal yang dapat Anda coba lakukan untuk lebih mudah tertidur di malam hari.
Ø  Pergi ke tempat tidur dan bangun di saat sama setiap hari. Bahkan jika lelah jangan tidur siang.
Ø  Jangan makan makanan berat kurang dart tiga jam sebelum pergi tidur. Hindari kopi, tch, minuman kola, alkohol dan merokok. Jika Anda lapar, makan biskuit atau pisang. Minum segelas susu hangat setengah jam sebelum tidur.
Ø   Lakukan hal yang membantu Anda mengatasi kesulitan tidur ( lihat tip praktis di bawah )
Ø  Coba obat herbal yang membuat tidur nyenyak ( lihat obat alami di bawah )
Ø  Jika Anda merasa tegang, lakukan latihan relaksasi ( lihat relaksasi ) beberapa saat sebelum tidur. Berendamlah dalam air hangat. Minyak lavender
Ø   Jangan makan makanan berat kurang dari tiga jam sebelum pergi tidur. Hindari kopi, tch, minuman kola, alkohol dan merokok. Jika Anda lapar, makan biskuit atau pisang. Minum segelas susu hangat setengah jam sebelum tidur.
Ø  Lakukan hal yang membantu Anda mengatasi kesulitan tidur ( lihat tip praktis di bawah )
2.1.8        Kebutuhan Dasar Pada Ibu Nifas ( Seksual )
Masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari, menurut orang awam merupakan masa nifas yang penting untuk di pantau. Nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama hal nya seperti masa haid. Darah nifas mengandung trombosit, sel - sel degeneratif, set – sel mati dan sel – sel endometrium sisa.
Banyak pasangan suami - istri merasa frekuensi berhubungan intim semakin berkurang setelah memiliki anak. Ada anggapan bahwa wanita usai persalinan kurang bergairah karena pengaruh hormon. Terutama pada bulan - bulan pertama pasca melahirkan, kegiatan mengurus bayi dan menyusui membuat istri lebih banyak mencurahkan perhatian kepada si kecil di bandingkan suami. Untuk memiliki waktu berdua saja sulit apalagi berhubungan intim. Beberapa bulan pertama setelah melahirkan, memang hormon pada wanita akan di program ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi. Waktu dan tenaga seakan tercurah hanya untuk si kecil, sehingga sulit rasanya mencari waktu untuk berhubungan intim.
Ibu yang baru malahirkan boleh melakukan hubungan seksual kembali setelah 6 minggu persalinan. Batasan waktu 6 minggu didasarkan atas pemikiran pada masa itu semua luka akibat persalinan, termasuk luka episiotomi dan luka bekas section cesarean ( SC ) biasanya telah sembuh dengan baik. Bila suatu persalinan di pastikan tidak ada luka atau perobekan jaringan, hubungan seks bahkan telah boteh dilakukan 3 - 4 minggu setelah proses melahirkan itu. Meskipun hubungan telah dilakukan setelah minggu ke - 6 adakalanya ibu - ibu tertentu mengeluh hubungan masih terasa sakit atau nyeri meskipun telah beberapa bulan proses persalinan. Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu senggarna. Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang bisa menjadi penyebab, yaitu :
1. Sesuai tradisi. Setelah melahirkan ibu - ibu sering mengkonsumsi jamu - jamu tertentu. Jamu - jamu ini mengandung zat zat yang memiliki sifat astringents yang berakibat menghambat produksi cairan pelumas pada vagina saat seorang wanita terangsang seksual.
2. Jaringan baru yang terbentuk karena proses penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif.
3. Faktor psikologis yaitu kecernasan yang berlebihan turut berperan. Hubungan seksual yang memuaskan memerlukan suasana hati yang tenang. Kecemasan akan menghambat proses perangsangan sehingga produksi cairan pelumas pada dinding vagina akan terhambat. Cairan pelumas yang minim akan berakibat gesekan penis dan dinding vagina tidak terjadi dengan lembut, akibatnya akan terasa nyeri dan tidak jarang akan ada luka lecet baik pada dinding vagina maupun kulit penis suami. Kondisi inilah yang menyebabkan rasa sakit. Selain itu ada dua lagi penyebab yang mungkin menurunkan gairah seksual ibu pascamelahirkan. Pertama penyebab langsung seperti luka pada persalinan. Kemudian penyebab tidak langsung seperti depresi, baby blues atau kelelahan.
Pada prinsipnya, tidak ada masalah untuk melakukan hubungan seksual setelah selesai masa nifas 40 hari. Hormon prolaktin tidak akan membuat ibu kehilangan gairah seksual. Beragam perilaku seksual pada ibu - ibu pasca melahirkan yang menyusui, Jika sebagian lagi merasa tidak bergairah untuk melakukan kegiatan seksual, sedangkan sebagian lagi merasakan hasrat seksual yang tinggi. Intinya ialah permasalahan psikologis ibu untuk melakukan hubungan seksual. Jika memang ibu sudah tidak mengatami luka pasca persalinan, maka boleh – boleh saja.

2.1.9 Latihan Atau Senam Nifas
Masa NIFAS adalah masa setelah ibu persalinan. Pada masa nifas ibu mengalami beberapa perubahan fisiologis, diantaranya adalah:
1.      Involusio uterus yang dimulai segera setelah persalinan dan proses ini selesai biasanya setelah 6 minggu
2.      Laktasi sebagai respon terhadap kerja prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior
3.      Perubahan fisiologis pada bagian tubuh lain yang mengembalikan tubuh pada kondisi sebelum hamil.
SENAM NIFAS adalah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan, setelah keadaan ibu normal (pulih kembali). Senam nifas merupakan latihan yang tepat untul memulihkan kondisi tubuh ibu dan keadaan ibu secara fisiologis maupun psikologis. Wanita yang setelah persalinan seringkali mengeluhkan bentuk tubuhnya yang melar. Hal ini dapat dimaklumi karena merupakan akibat membesarnya otot rahim karena pembesaran selama kehamilan dan otot perut jadi memanjang sesuai usia kehamilan yang terus bertambah. Setelah persalinan, otot-otot tersebut akan mengandur. Selain itu, peredaran darah dan pernafasan belum kembali normal. Hingga untuk mengembalikan tubuh ke bentuk dan kondisi semula salah satunya dengan melakukan senam nifas yang teratur di sarnping anjuran-anjuran lainnya.

·         Waktu Untuk Senam Melakukan Nifas
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara teratur setiap hari. Kendala yang sering ditemui adalah tidak sedikit ibu yang setelah melakukan persalinan takut untuk melakukan mobilisasi karena takut merasa sakit atau menambah pendarahan. Anggapan ini tidak tepat karena 6 jam setelah persalinan normal dan 8 jam setelah persalinan caesar, ibu sudah dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini. Tujuannya mobilisasi ini agar terutama peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik. Selanjutnya ibu dapat melakukan senam nifas.
Degan melakukan senam nifas tepat waktu, maka hasil yang didapat pun bisa maksimal. Senam nifas tentunya dilakukan secara bertahap hari demi hari. Bentuk latihan senam antara ibu yang habis persalinan normal berbeda dengan caesar. Pada ibu yang mengalami persalinan caesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi, pernafasan lah yang dilatih guna mempercepat penyembuhan luka operasi, sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah di tungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu cukup baik, semua gerakan senam bisa dilakukan.
Walaupun banyak kegunaannya, tidak semua ibu setelah persalinan dapat melakukan senam nifas. Untuk ibu-ibu yang mengalami komplikasi selama persalinan tentu tidak boleh melakukan senam nifas. Demikian juga untuk penderita kelainan seperti jantung, ginjal atau diabetes. Jangankan untuk melakukan senam, ibu tersebut justru harus istirahat total sekitar 2 minggu postpartum. Sedangkan pada ibu pada persalinan normal dan bila tidak dibatasi oleh pemasangan infus juga tanda vital ibu (tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi) normal, maka ibu dapat mulai melakukan ambulasi dini seperti ke kamar mandi untuk BAK sendiri dan senam nifas 24 jam setelah persalinan.

·         Tujuan Kegunaan Senam Nifas
Banyak sekali manfaat dari melakukan senam nifas. Secara umum adalah untuk mengembalikan keadaan ibu agar kondisi ibu kembali seperti sediakala sebelum kehamilan, manfaat itu antara lain :
1.      Memperbaiki sirkulasi darah sehingga mencagah terjadinya pembakuan (trombosis) pada pembuluh darah terutama pembuluh tungkai.
2.      Memperbaiki sikap tubuh setelah kehamilan dan persalinan dengan memulihkan dan menguatkan otot-otot punggung.
3.       Memperbaiki tonus otot pelvis
4.      Memperbaiki regangan otot tungkai bawah
5.      Memperbaiki regangan otot abdomen setelah hamil
6.      Meningkatkan kesadaran untuk melakukan relaksasi otot-otot dasar panggul
7.      Memperlancar terjadinya involusio uteri .







2.2 Asuhan yang diberikan sewaktu melakukan kunjungan masa nifas
Kunjungan
Waktu
Asuhan
I
6-8 jam post partum
Mencegah perdarahan masa nifas oleh karena atonia uteri.
Mendeteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta melakukan rujukan bila perdarahan berlanjut.
Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah perdarahan yang disebabkan atonia uteri.
Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi.
Setelah bidan melakukan pertolongan persalinan, maka bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan baik.
II
Memastikan involusi uterus barjalan dengan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus uteri di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan.
Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.
Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cukup cairan.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan menyusui.
Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir.
III
2 minggu post partum
Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari post partum.
IV
6 minggu post partum
Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.
Memberikan konseling KB secara dini.











BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari atau beberapa jam setelah lahirnya plasenta dan mencakup 6 minggu berikutnya. Masa nifas merupakan masa pembersihan rahim, sama seperti halnya masa haid. Selama masa nifas, tubuh mengeluarkan darah nifas yang mengandung trombosit, sel-sel generatif, sel-sel nekrosis atau sel mati dan sel endometrium sisa.
Ada yang darah nifasnya cepat berhenti, ada pula yang darah nifasnya masih keluar melewati masa 40 hari. Cepat atau lambat, darah nifas harus lancar mengalir keluar. Bila tidak, misal, karena tertutupnya mulut rahim sehingga bisa terjadi infeksi. Meskipun perdarahan nifas berlangsung singkat, sebaiknya tetap menganggap masa nifas belum selesai. Masa nifas tetap saja sebaiknya berlangsung selama 40 hari, baik ibu yang melahirkan normal atau sesar. Sebab, meskipun gejala nifasnya sudah berlalu, belum tentu rahimnya sudah kembali ke posisi semula.
Dalam masa pembersihan rahim beberapa hal penting kebutuhan dasar  pada ibu nifas yaitu Nutrisi dan Cairan , kebersihan diri , senam nifas , Dll .



DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, 2008. Asuhan
Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra Cendikia.
borneo-ufi.blog.friendster.com/2008/07/konsep-
nifas-eklamsi-forceps/ diunduh 1 September 2009: 20.00 WIB.
Ibrahim, Christin S, 1993, Perawatan Keebidanan (Perawatan
Nifas), Bharata Niaga Media Jakarta.
Pusdiknakes, 2003. Asuhan
Kebidanan Post Partum. Jakarta: Pusdiknakes.
Saleha, 2009. Asuhan
Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Suherni, 2008. Perawatan Masa
Nifas. Yogyakarta: Fitramaya.