my litle

my litle
Cibibibi cayang mama

Rabu, 20 Juni 2012

MANAJEMEN

BAB 1
PENDAHULUAN
 A.    Latar Belakang
Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan mempunyai peran penting dalam menunjang kerja seorang bidan agar bidan dapat melakukan pelayanan dengan baik kepada kliennya. Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini dengan judul “MANAJEMEN KEBIDANAN “ selain sebagai tugas kelompok juga dapat dijadikan  referensi bagi pembaca.
 B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan?
  2. Bagaimana konsep manajemen kebidanan yang berkualitas?
 C.    Tujuan
  1. Untuk mengetahui bagaimana cara melakukan manajemen kebidanan
  2. Untuk mengetahui konsep  manajemen kebidanan yang berkualitas
 D.    Manfaat
  1. Untuk Depkes
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam mengawasi para bidan Indonesia apakah bidan Indonesia sudah melakukan manajemen kebidanan sesuai dengan standar.
       2.   Untuk Institusi
Dapat dijadikan sebagai acuan dalam memberikan wawasan/pengetahuan kepada mahasiswa, apakah mahasiswa sudah memahami manajemen kebidanan.
       3.   Untuk Mahasiswa
Dapat dijadikan sebagai referensi dalam menggali/mencari informasi untuk memperluas wawasan/pengetahuan tentang manajemen kebidanan.
BAB II
PEMBAHASAN
 A.    Konsep Dasar Manajemen
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan manajemen skill.
1.      Pengertian Manajemen Secara Umum
Manajemen adalah seni dalam melaksanakan suatu kegiatan melalui orang – orang (Mary Parker Follet)1. Manajemen sering pula diartikan sebagai pengaturan atau pengelolaan sumber daya yang ada sehingga hasilnya maksimal. Itulah sebabnya manajemen juga di terjemahkan sebagai “tata laksana”.
Manajemen adalah suaytu proses atau karangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang – orang kearah tujuan – tujuan organisasional atau maksud – maksud yang nyata (George R. Terry dan Leslie W. Rue)2.
Menurut grant dan masey3, 1999 yang di kutip oleh nursalam, manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan aktif dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan superpisi terhadap staf sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Rosmery E. Cross (2001)4, “ management is a highly process and manager is some one who gets done trought of others”. Manajemen adalah sebuah proses sangat kompleks dan manajer adalah seorang yang melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan melalui orang lain.
Manajemen adalah suatu kegiatan, pelaksanaannya adalah “ managing” yaitu pengelolaan, sedangkan pelaksanannya disebut managar atau pengelola. Seorang manager adalah orang yang melaksanaakan fungsii manajemen dan bekerja dengan dan melalui orang lain. Dia bertanggung jawab atas pekerjaannya sendiri dan orang lain, menyeimbangkkan tujuan yang saling bertentangan dan menentukan prioritas, mampu berfikir secara analisis dan konseptual, menjadi penengah, oleh politisi dan diplomat dan mampu mengambil keputusan yang sulit. Inti dari menejemen adalah kepemimpinan. Seorang maneger yang baik adalah memiliki jiwa kepemimpinan. Seorang manager yang baik adalah yang memiliki jiwa kepemimpinan.
2.      Teori-teori manajemen
a)      Teori manajemen ilmiah ( Scientific Management Theory )
Teori mengatakan bahwa manager pada tingkat bawah sangat penting, karena berhubungan langsung dengan proses produksi, dan menentukan berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai target yang ditentukan (Frederick W. Taylor )5.
b)      Teori administratif ( Administratif Theory)
Teori ini menganggap yang penting adalah organisasi pada tingkat teratas, karena segala sesuatu dapat berjalan dengan baik jika para manajer dapat manajer dapat menggerakkan organisasi sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen.
c)      Teori motivasional ( motivational Theory )
Teori ini mengatakan bahwa efektif manajer adalah seseorang yang dapat memotivasi stafnya untuk bekerja lebih baik dengan memperhatikan staf tersebut.
d)     Teori situasional ( Situational Theory )
Teori ini berdasarkan pada asumsi dasar untuk melakukan motivasi pada seseorang untuk melakukan pekerjaan, yang berhubungan dengan :
1)      Pencapaian tujuan yang diharapkan.
2)      Kepuasan pribadi
3)      Reward
3.      Fungsi-fungsi manajemen
Menurut Ibnu Syamsi fungsi1 manajemen terdiri dari :
  1. Fungsi perencanaan
  2. Fungsi mengatur pelaksanaan
    1)      Pengorganisasian (organizing )
    2)      Penyiapan tenaga ( staffing)
    3)      Pengarahan (directing)
    4)      Pengkordinasian (coordinating)
    5)      Permintaan laporan ( reporting )
  3. Fungsi pengendalian (controlling )
  4. Fungsi pengembangan (development )
Proses manajemen menurut Rosmerry E. Cross 2 adalah  :
  1. Forecasting, Planning, and Development (ramalan, perencanaan, dan pengembangan )
  2. Managing Human Resourch (Manajemen Sumber Daya Manusia )
  3. Policy Making ( Penetapan Kebijaksanaa)
  4. Organizing ( Pengorganisasian )
  5. Communicating (komunikasi )
  6. Motivating ( Motivasi )
  7. Coordinating (Koordinasi )
  8. Controlling ( pengendalian )
  9. Information Handling ( Pengaturan Informasi )
  10. Problem Solving and decision making ( pemecahan masalah dan pengambilan keputusan )
Manajemen adalah suatu bentuk kerja. Manajer dalam pekerjaannya harus melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu yang dinamakan fungsi-fungsi manajemen, yaitu sebagai berikut :
  1. Planning ( Perencanaan )
    Yaitu menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan dating dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan itu.
  2. Organizing
    Yaitu mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan itu.
  3. Staffing
    Yaitu menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengarahan, penyaringan, latihan pengembangan tenaga kerja.
  4. Controlling (pengawasan )
    Yaitu mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan, menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Secara umum unsur-unsur dari manajemen yaitu :
  1. Manusia, yaitu tenaga kerja (manusia)
  2. Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
  3. Methods, yaitu cara-cara yang digunakan dalam pencapaian tujuan.
  4. Material, yaitu bahan-bahan yang digunakan untuk mancapai tujuan.
  5. Machines, yaitu peralatan yang diperlukan untul mancapai tujuan.
  6. Market, yaitu pasar untuk menjual output dan jasa-jasa yang dihasilkan.
4.      Manajemen Skill
Menurut La Monica terdapat 3 kategori yang harus dimiliki oleh sorang manajer yaitu :
  1. Technical skill
    Kemampuan untuk menggunakan penegtahuan, metoda, teknik, untuk melaksanakan tugas-tugas dan pekerjaa, didapatkan melalui pengalaman, pendidikan dan latihan.
  2. Human skill
    Kemampuan untuk bekerja dengan baik bersama staf, yang meliputi pengertian dan motivasi yang diberikan dan dengan melaksanakan kepemimpinan yang efektif.
  3. Conceptual skill
    1. Mempunyai kemampuan untuk mengetahui seluk beluk organisasi
    2. Melaksanakan peran dan tanggungjawab dengan baik
    3. Menggunakan pengetahuan untuk menata organisasi
    4. Melakukan kontak mata dengan staf dan melakukan komunikasi yang efektif.
B.     MANAJEMEN KEBIDANAN
Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep manajemen secara umum kami akan membahas bagaimana manajemen kebidanan manajemen kebidanan kaitannya dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam prakteknya secara professional, dituntut tanggungjawab manajerial yang bermutu. Untuk itu metode ilmiah akan dapat dilakukan bila telah memahami betul teknik – teknik manajemen yang adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh tanggungjawab itu dilakukan menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen , yang telah diakui secara nasional maupun internasional. Dengan perkataan lain, bidan praktek telah menggunakan manajemen kebidanan yang adekuat dalam memberikan asuhan kebidanan pada kliennya.
1.      Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang berfokus pada klien.
Pengertian manajemen kebidanan menurut beberapa sumber :
  1. Menurut buku 50 tahun IBI, 2007 1
    Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosis kebidanan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
  2. Menurut Depkes RI, 2005 2
    Manajemen kebidanan adalah metode dan pendekatan pemecahan masalah ibu dan anak yang khusus dilakukan oleh bidan dalam memberikan asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan masyarakat.
  3. Menurut Helen Varney (1997) 3
    Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keteranpilan dalam rangkaian tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan diharapkan lebih kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk mengambil keputusan. Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri, kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan, memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan, pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat, jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi sangat penting artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan manajemen kebidanan.
Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :
  1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
  2. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul (potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
  3. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
  4. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
  5. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai bahan tindak lanjut.
Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai bahan tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti referensi serta penelitian.
2.      Prinsip Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang mulai menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan yang sudah berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan pertolongan kepada ibuyang hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri, namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan pelayanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi.
Pada era millennium yang terus menghadapkan kita pada situasi yang mangandalkan ilmu pengetahuan membuat kita, bidan maupun penerima jasa pelayanan bidan semakin kritis terhadap mutu pelayanan kebidanan. Dengan demikian pelayanan yang diberikan sudah selayaknya berdasarkan teori yang dapat dipertanggungjawabkan dan praktik yang dilakukan berdasarkan Evidence Based Medicine ( Bukti Ilmiah yang Rasional ).
Varney (1997) menjelaskan bahwa prinsip manajemen adalah pemecahan masalah. Dalam text book masalah kebidanan yang ditulisnya pada tahun 1981 proses manajemen kebidanan diselesaikan melalui 5 langkah.
Setelah menggunakannya, Varney (1997) melihat ada beberapa hal yang penting disempurnakan. Misalnya seorang bidan dalam manajemen yang dilakukannya perlu lebih kritis untuk mengantisipasi masalah atau diaognosa potensial. Dengan kemampuan yang lebih dalam melakukan analisa kebidanan akan menemukan diagnose atau masalah potensial ini. Kadangkala bidan juga harus segera bertindak untuk menyelesaikan maslah tertentu dan mungkin juga harus melakukan kolaborasi, konsultasi bahkan mungkinjuga harus merujuk kliennya. Varney kemudian menyempurnakan proses manajemen kebidanan menjadi 7 langkah. Ia menambahkan langkah ke III agar bidan lebih kritikal mengantisipasi masalah yang kemungkinan dapat terjadi pada kliennya.
Varney juga menambahkan langkah ke IV di mana bidang diharapkan dapat menggunakan kemanpuannya untuk melakukan deteksi dini dalam proses majemen sehingga bila klien membutuhkan tindakan segera atau kolaborasi,konsultasi bahkan dirujuk segera dapat dilaksanakan.Proses manajemen kebidanan ini diyulis oleh Varney berdasarkan proses manajemen kebidanan yang American College of Midwife pada dasar  pemikiran yang sama dengan proses manajemen menurut Varney.
Prinsip proses manajemen kebidanan menurut Varney
Proses manajemen kebidanan sesuai dengan standar yang dikeluarkan oleh American College Nurse
Midwife (ACNM) terdiri dari :
  1. Secara sistematis mengumpulkan data dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien,termasuk mengupulkan riwayat kesehatan dan pemeriksa fisik.
  2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interprestasi data dasar.
  3. Mengindentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klen.
  4. Memberi informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan bertanggungjawab terhadap kesehatannya.
  5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien.
  6. Secara pribadi bertanggungjawab terthadap implementasi rencana individual.
  7. Melakukan konsultasi,perencanaan dan melaksanakan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya.
  8. Merencanakan manajemen   terhadap komplikasi tertentu,dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal.
  9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan.
3.      Sasaran Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam pelaksanaan pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.manajemen kebidanan  mendorong para bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam mencagahkan masalah klien dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu dan anak yang sehat dapat  tercapai.
Seperti  yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh  bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggungjawab bidang maka sasaran manajemen kebidanan ditunjukan kepada baik individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan disebut klien.yang dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu sehat maupun sakit.klien yang sakit disebut pasien.upaya menyehatkan dan meningkatkan status kesehatan keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui ibu baik didalam keluarga maupun didalam kelompok masyarakat.didalam pelaksanaan manajemen kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok masyarakat sebagai kumpulan individi-individuyang berada di dalam suatu ikatan sosial dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit,penyembuhan,pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggungjawab.
4.      Proses Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan dalam bentuk kegiatan praktek kebidanan dilakukan melalui suatu proses yang disebut langkah-langkah atau proses manajemen kebidanan.
Langkah-langkah manajemen kebidanan tersebut adalah :
  1. Identifikasi dan analisis masalah Proses manajemen kebidanan dimulai dengan langkah pertama identifikasi dan analisis masalah. Di dalam langkah pertama ini bidan sebagai tenaga professional tidak dibenarkan untuk menduga-duga masalah yang terdapat pada kliennya. Bidan harus mencari dan menggali data atau fakta baik dari klien, keluarga maupun anggota tim kesehatan lainnya dan juga dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidan sendiri.
    Langkah pertama ini mencakup kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis data atau fakta untuk perumusan masalah. Langkah ini merupakan proses berfikir yang  ditampilkan oleh bidan dalam tindakan yang akan menghasilkan rumusan masalah yang dialami/ diderita pasien atau klien.
  2. Diagnosis kebidanan
    Setelah ditentukan masalah dan masalah utamanya maka bidan merumuskannya dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah, penyebab dan prediksi terhadap kondisi tersebut. Prediksi yang dimaksud mencakup masalah potensial dan prognosis. Hasil dari perumusan masalah merupakan keputusan yang ditegakkan oleh bidan yang disebut diagnosis kebidanan. Dalam menentukan diagnosis kebidanan diperlukan pengetahuan keprofesionalan bidan. Penegakan diagnosis kebidanan dijadikan dasar tindakan dalam upaya menanggulangi ancaman keselamatan hidup pasien atau klien. Masalah potensial dalam kaitannya dengan diagnosis kebidanan adalah masalah yang mungkin timbul dan bila tidak segera diatasi akan mengganggu keselamatan hidup klien atau diantisipasi, dicegah dan diawasi serta segera dipersiapkan tindakan untuk mengatasinya.
  3. Perencanaan
    Berdasarkan diagnosis yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka langkah penyusunan rencana kegiatan adalah sebagai berikut :
    1)      Menentukan tujuan yang akan dilakukan termasuk sasaran dan hasil yang akan dicapai.
    2)      Menentukan tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai. Langkah-langkah tindakan mencakup kegiatan yang dilakukan secara mandiri, kolaborasi atau rujukan.
    3)      Menentukan kriteria evaluasi dan keberhasilan.
  4. Pelaksanaan
    Langkah pelaksanaan dilakukan oleh bidan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pada langkah ini bidan melakukan secara mandiri, pada penanganan kasus yang di dalamnya memerlukan tindakan di luar kewengangan bidan, perlu dilakukan kegiatan kolaborasi atau rujukan. Pelaksanaan tindakan selalu diupayakan dalam waktu yang singkat, efektif, hemat dan berkualitas. Selama pelaksanaan, bidan mengawasi dan memonitor kemajuan pasien atau klien.
  5. Evaluasi
    Langkah akhir dari proses manajemen kebidanan adalah evaluasi. Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan.
    Pada tahun 1997, Helen Varney menyempurnakan proses 5 langkah tersebut memnjadi 7 langkah. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Langkah – langkah :
    1)      Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien secara keseluruhan.
    2)      Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis atau masalah.
    3)      Mengindentifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
    4)      Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan kondisi klien.
    5)      Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.
    6)      Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.
    7)      Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.
Melihat kembali penjelasan di atas maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola piker. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien.
Langkah-langkah di atas dapat dijelaskan sebagai berikut :
Langkah 1 : Tahap Pengumpulah Data Dasar
Pada langkah pertama dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari  semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
  1. Anamnesis. Dilakukan untuk mendapatkan biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas, bio-psiko-sosial-spiritual, serta pengetahuan klien.
  2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, meliputi :
    1. Pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auscultasi, dan perkusi )
    2. Pemeriksaan penunjang ( laboratorium, radiologi/USG, dan cacatan terbaru serta catatan sebelumnya ).
Tahap ini  merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif meliputi data subjektif, objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid.
Kaji ulang data yang sudah dikumpulkan apakah sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.
Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosis.
Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose kebidanan.
Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :
1)      Diakui dan telah disahkan oleh profesi.
2)      Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.
3)      Memiliki cirri khas kebidanan.
4)      Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.
5)      Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.
Langkah 3 : Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial dan Mengantisipasi Penanganannya.
Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.
Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis.
Kaji ulang apakah diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat.
Langkah 4 : Menetapkan Kebutuhan Terhadap Tindakan Segera untuk Melakukan Konsultasi, Kolaborasi dengan Tenaga Kesehatan Lain Berdasarkan Kondisi Klien.
Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak.
Data baru mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeclampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes, atau masalah medic yang serius, bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi  baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan.
Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.
Langkah 5 : Menyusun Rencana Asuhan yang Menyeluruh.
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada  masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu oleh bidan dank lien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien.
Langkah 6 : Pelaksanaan Langsung Asuhan dengan Efisien dan Aman.
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya sendiri, ia tetap memikul tanggungjawab untuk mengarahkan pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana.
Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien.
Kaji ulang apakah semua rencana asuha telah dilaksanakan.
Langkah 7 : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.
Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
5.      Implementasi manajemen kebidanan
  1. Identifikasi dan analisis masalah
Bila seorang pasien/klien datang meminta bantuan pada bidan, maka langkah awal dari kegiatan yang dilakukan adalah mengidentifikasi masalah kemudian menganalisis masalah tersebut. Bidan mulai mewawancarai klien untuk menggali data subjektif.
Data subjektif
1)      Biodata mencakup identitas klien :
a)      Nama yang jelas dan lengkap. Bila perlu ditanyakan nama penggilan sehari-hari. Bagi pasien anak, ditanyakan nama orant tua atau wali.
b)      Umur dicatat dalam hitungan tahun. Untuk balita ditanyakan umur dalam hitungan tahun dan bulan.
c)      Alamat ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan bila diperlukan keadaan mendesak. Dengan mengetahui alamat, bidan juga dapat mengetahui tempat tinggal dan lingkungannya.
d)     Pekerjaan klien ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap permasalaha kesehatan pasien. Pekerjaan orang tua bila pasien anak balita.
e)      Agama ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan kesehatan klien. Dengan diketahui agama klien akan memudahkan bidan melakukan pendekatan di dalam melaksanakan asuhan kebidanan.
f)       Pendidikan klien ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang. Untuk anak balita perlu ditanyakan pendidikan orang tua atau walinya.
 2)      Riwayat menstruasi
Hal yang perlu ditanyakan : menarche, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya darah yang keluar, aliran darah yang keluar, mentruasi terakhir, adakah dismenorhe, gangguan sewaktu menstruasi (metrorhagi, menoraghi), gejala premenstrual.  
3)      Riwayat perkawinan
Kawin                                                 : ……………. Kali
Usia kawin pertama                : ……………. Kali
4)      Riwayat kehamilan dan persalinan
a)      Jumlah kehamilan dan kelahiran : G (gravid), P (para), A (abortus), H (hidup).
b)      Riwayat persalinan yaitu jarak antara dua kelahiran, tempat melahirkan, lamanya melahirkan, cara melahirkan.
c)      Masalah/gangguan kesehatan yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, missal : preeklampsi, infeksi, dll.
5)      Riwayat ginekologi
Pengalaman yang berkaitan dengan penyakit kandungan mencakup : infertilitas, penyakit kelamin, tumor atau kanker, system reproduksi, operasi ginekologis.
6)      Riwayat keluarga berencana
Bila ibu pernah mengikuti KB perlu ditanyakan : jenis kontrasepsi, efek samping, alas an berhenti (bila tidak memakai lagi), lamanya menggunakan alat kontrasepsi.
7)      Riwayat kehamilan sekarang
Waktu mandapat haid terakhir, keluhan berkaitan dengan kehamilan.
8)      Gambaran penyakit yang lalu.
Ditanyakan untuk mengetahui apakh ada hubungannya dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Misalnya penyakit campak atau cacar air sewaktu kecil, penyakit jantung, hipertensi, dll. Apakah pernah diirawat di RS ? kapan ? berapa lama ? penyakit apa ? dan lain sebagainya.
9)      Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit terhadap gangguan kesehatan pasien. Riwayat keluarga yang perlu ditanyakan misalnya jantung, diabetes, ginjal, kelainan bawaan, kehamilan kembar.
10)  Keadaan sosial budaya
Untuk mengetahui keadaan psikososial perlu ditanyakan antara lain :  jumlah anggota keluarga, dukungan moral dan material dari keluarga, pandangan, dan penerimaan keluarga terhadap kehamilan, kebiasaan-kebiasaan yang menguntungkan dan merugikan, pandangan terhadap kehamilan, persalinan dan anak baru lahir.
Data objektif
Data objektif dikumpulkan  melalui :
1)      Pemeriksaan fisik
2)      Pemeriksaan khusus.
3)      Pemeriksaan penunjang.
a)      Diagnosis
Di dalam diagnosis unsur-unsur berikut perlu dicantumkan yaitu :
(1)   Keadaan pasien / klien (khusus bagi ibu hamil dan melahirkan termasuk keadaan bayinya).
(2)   Masalah utama dan penyebabnya.
(3)   Masalah potensial.
(4)   Prognosis.
b)      Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosis yang telah ditegakkan, bidan menyusun rencana tindakan yang harus dilakukan kepada kliennya. Rencana tindakan tersebut berisikan tujuan dan hasil yang akan dicapai dan langkah-langkah kegiatan termasuk rencana evaluasi.
Tujuan di dalam rencana kegiatan menunjukkan perbaikan-perbaikan yang diharapkan. Misalnya, tujuan asuhan pada ibu dalam keadaan inpartu adalah menyelesaikan persalinan dengan baik. Hasil dari tindakan adalah ibu yang melahirkan dan anak yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat.
Langkah-langkah tindakan dilakukan berdasarkan masalah yang dihadapi oleh pasien / klien. Langkah-langkah tindakan merupakan upaya intervensi untuk mengatasi masalah. Misalnya, ibu yang dalam keadaan inpartu, dan kurang siap untuk melahirkan secara fisiologis, maka di dalam langkah-langkah tindakan yang dilakukan oleh bidan ialah member dorongan agar ibu memiliki kemampuan kuat untuk melahirkan dan kemudian memberikan bimbingan dalam menyelesaikan persalinan.
Rencana evaluasi dibuat untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan dilakukan.
Di dalam rencana evaluasi ditentukan sasaran yang akan dicapai. Misalnya, dalam evaluasi ibu di masa persalinan, maka criteria evaluasi antara lain :
(1)   Tekanan darah, denyut nadi dalam batas normal.
(2)   Keadaan his : kekuatan, frekuensi, dan lamanya semakin bertambah sewaktu mendekati kala II.
(3)   DJJ harus selalu positif.
(4)   Turunnya kepala bayi semakin maju melalui saluran persalinan.
(5)   Pembukaan serviks semakin melebar (lengkap dengan garis menengah sekitar 10 cm )
c)      Tindakan pelaksanaan
Tindakan yang dilakukan oelh bidan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Tindakan yang dilakukan berdasarkan prosedur yang telah lazim diikuti atau dilakukan. Misalnya, di dalam melakukan tindakan pada kasus partus kala II, bidan melakukan prosedur :
(1)   Ibu mengedan sewaktu his menguat
(2)   Menekan dinding perineum agar tidak robek
(3)   Mempermudah gerak rotasi kepala bayi
(4)   Mengeluarkan bahu dan seterusnya sampai bayi lahir dengan sempurna.
Di dalam tahap ini, bidan melakukan observasi sesuai dengan criteria evaluasi yang telah direncanakan. Bila bidan perlu memberikan infus atau pemberian obat, maka tindajan tersebut dilakukan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku.
Berbagai hal yang perlu mendapat perhatian di dalam tahap pelaksanaan ini ialah :
(1)   Intervensi yang dilakukan harus verdasarkan prosedur tetap yang lazim dilakukan.
(2)   Pengamantan dilakukan secara cermat dan tepat sesuai dengan criteria evaluasi yang ditetapkan.
(3)   Pengendalian keadaan pasien/klien sehingga secara berangsur-angsur menuju kondisi kesehatan yang diharapakn.
Di dalam melaksanakan tindakan, bidan dapat melakukan asuhan secara mandiri untuk kasus-kasus yang di dalam batas kewenangannya. Bila bidan menemukan kasus di luar batas kewenangannya di dalam melakukan tindakan, maka pasien/klien tersebut dirujuk ke rumah sakit (dengan dokter atau tenaga kesehatan lainnya pada kasus-kasus tertentu.
d)     Evaluasi
Bidan melakukan evaluasi sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan di dalam rencana kegiatan. Tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kemajuan hasil dari tindakan yang dilakukan. Semakin dekat hasil tindakan yang dilakukan dengan sasaran yang ditetapkan didalam criteria evaluasi, tindakan akan mendekati keberhasilan yang diharapakan.
Misalnya, ibu telah menyelesaikan persalinan. Di dalam evaluasi menunjukkan tekanan darah dan denyut nadi normal, bayi lahir dengan selamat dan tidak ada kelainan, serta plasenta keluar denganspontan, dan tidak terjadi pendarahan setelah partus.
Maka hasil evaluasi menunjukkan bahwa tujuan pertolongan persalinan tercapai, dan hasilnya ibu dapat menyelesaikan persalinan dengan selamat dalam keadaan sehat, disertai bayi yang dilahirkan juga dalam keadaan sehat.
Hasil evaluasi dapat digunakan untuk kegiatan asuhan lebih lanjut bila diperlukan, atau sebagai bahan peninjauan terhadap langkah-langkah di dalam proses manajemen sebelumnya oleh karena tindakan yang dilakukan kurang berhasil.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pada dasarnya untuk melakukan manajemen kebidanan memang harus melewati beberapa tahap. Seperti dikemukakan Hellen Varney ada 7 langkah sedangkan dari depkes menyatakan 5 langkah. Pada prinsipnya masing-masing pendapat sama, hanya berbeda dalam cara pendokumentasiannya. Namun dalam penerapannya nanti tidaklah harus kaku menggunakan 5 langkah atau 7 langkah yang perlu diingat bahwa dalam manajemen kebidanan tersebut dilakukan secara sistematis dengan metode pendekatan tertentu dalam membantu pemecahan masalah kesehatan ibu dan anak.
Secara umum konsep manajemen kebidanan berkualitas meliputi :
  1. Manajemen dilakukan melalui pendekatan dengan mengidentifikasi kebutuhan konsumen.
  2. Meliputi seluruh kegiatan.
  3. Meliputi seluruh aspek pelayanan dan dedikasi aktif seluruh staf untuk mengidentifikasi seluruh konsumen.
  4. Memberikan pelayanan secara berkesinambungan.
  5. Memonitor kepuasan konsumen.
  6. Memahami kebutuhan dan memantau perubahan yang terjadi melalui pemantauan ulang.
  7. Meningkatkan sumber daya untuk mengembangkan kualitas tindakan dab pelayanan khusus secara tetap melalui prosedur dan system informasi yang fleksibel.
B.     Saran
Dalam penyusunan makalah ini, masih terdapat banyak kesalahan-kesalahan. Oleh karena itu, kami senantiasa menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun.

Kamis, 07 Juni 2012

ABORTUS




 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus provocatus adalah istilah Latin yang secara resmi dipakai dalam kalangan kedokteran dan hukum. Maksudnya adalah dengan sengaja mengakhiri kehidupan kandungan dalam rahim seseorang perempuan hamil. Karena itu abortus provocatus harus dibedakan dengan abortus spontaneus, dimana kandungan seorang perempuan hamil dengan spontan gugur. Jadi perlu dibedakan antara “ abortus yang disengaja” dan “abortus spontan”.
Secara medis abortus dimengerti sebagai penghentian kehamilan selama janin belum viable, belum dapat hidup mandiri di luar rahim, artinya sampai kira-kira 24 minggu atau sampai awal trimester ketiga.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui macam-macam abortus, efek samping/risiko, penatalaksanaan pasca abortus, diagnostik serta teknik pengeluaran abortus. 



BAB II
PEMBAHASAN
A. ABORTUS
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan.
Berdasarkan variasi berbagai batasan yang ada tentang usia / berat lahir janin viable (yang mampu hidup di luar kandungan), akhirnya ditentukan suatu batasan abortus sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 g atau usia kehamilan 20 minggu. (terakhir, WHO/FIGO 1998 : 22 minggu)
Etiologi
Abortus dapat terjadi karena beberapa sebab, yaitu :
· Kelaianan pertumbuhan hasil konsepsi, biasa menyebabkan abortus pada kehamilan sebelum usia 8 minggu. Faktor yang menyebabkan kelainan ini adalah
a. Kelainan kromosom, terutama trisomi autosom dan monosomi X
b. Lingkungan sekitar tempat implantasi kurang sempurna
c. Pengaruh teratogen akibat radiasi, virus, obat-obatan, tembakau atau alkohol.
· Kelainan pada plasenta, misalnya endarteritis vili korialis karena hipertensi menahun
· Faktor maternal, seperti pneumonia, tifus, anemia berat, keracunan dan toksoplasmosis
· Kelainan traktus genetalia seperti inkompetensi serviks (untuk abortus pada trimester kedua) retroversi uteri, mioma uteri dan kelainan bawaan uterus.
Patogenesis
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti nekrosis jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 6 minggu, villi kotaris belum menembus desidua secara dalam, jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14 minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu, janin dikeluarkan lebih dahulu daripada plasenta. Hasil konsepsi keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang tak jelas bentuknya (lighted ovum) janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau fetus papiraseus.
Manifetasi Klinis
  • Terlambat haid atau amenore kurang dari 20 minggu.
  • Pada pemeriksaan fisik : Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat.
  • Perdarahan pervaginam, mungkin disertai keluarnya jaringan hasil konsepsi
  • Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis, sering disertai nyeri pinggang akibat kontraksi uterus
  • Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi vulva : perdarahan pervaginam ada / tidak jaringan hasil konsepsi, tercium/tidak bau busuk dari vulva
b. Inspekulo : perdarahan dari kavum uteri, ostium uteri terbuka atau sudah tertutup, ada/tidak jaringan keluar dari ostium, ada/tidak cairan atau jaringan berbau busuk dario ostium.
c. Colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau tidak jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio dogoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa, kavum Douglasi, tidak menonjol dan tidak nyeri.
Pemeriksaan Penunjang
  • Tes kehamilan : positif bila janin masih hidup, bahkan 2 – 3 minggu setelah abortus
  • Pemeriksaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
  • Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
Komplikasi
  • Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
  • Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan pembekuan darah.
B. JENIS –JENIS ABORTUS
Diagnosis
Berdasarkan keadaan janin yang sudah dikeluarkan, abortus dibagi atas :
1. Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat.
2. Abortus insipiens, bila perdarahan diikuuti dengan dilatasi serviks.
3. Abortus inkomplit, bila sudah sebagian jaringan janin dikeluarkan dari uterus. Bila abortus inkomplit disertai infeksi genetalia disebut abortus infeksiosa
4. Abortus komplit, bila seluruh jaringan janin sudah keluar dari uterus
5. Missed abortion, kematian janin sebelum 20 minggu, tetapi tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih.
Proses abortus dapat berlangsung spontan (suatu peristiwa patologis), atau artifisial / terapeutik (suatu peristiwa untuk penatalaksanaan masalah / komplikasi).

Abortus spontan diduga disebabkan oleh :
- kelainan kromosom (sebagian besar kasus)
- infeksi (chlamydia, mycoplasma dsb)
- gangguan endokrin (hipotiroidisme, diabetes mellitus)
- oksidan (rokok, alkohol, radiasi dan toksin)
Proses Abortus dapat dibagi atas 4 tahap : abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkomplet dan abortus komplet.
  1. Abortus Iminens
Abortus imminens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Ciri : perdarahan pervaginam, dengan atau tanpa disertai kontraksi, serviks masih tertutup Jika janin masih hidup, umumnya dapat bertahan bahkan sampai kehamilan aterm dan lahir normal. Jika terjadi kematian janin, dalam waktu singkat dapat terjadi abortus spontan. Penentuan kehidupan janin dilakukan ideal dengan ultrasonografi, dilihat gerakan denyut jantung janin dan gerakan janin. Jika sarana terbatas, pada usia di atas 12-16 minggu denyut jantung janin dicoba didengarkan dengan alat Doppler atau Laennec. Keadaan janin sebaiknya segera ditentukan, karena mempengaruhi rencana penatalaksanaan / tindakan.
Penatalaksanaan
· Istirahat baring agar aliran darah ke uterus bertambah dan rangsang mekanik berkurang.
· Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
· Tes kehamilan dapat dilakuka. Bila hasil negatif mungkin janin sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin masih hidup.
· Berikan obat penenang, biasanya fenobarbiotal 3 x 30 mg, Berikan preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600 – 1.000 mg
· Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C
· Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
  1. Abortus Insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih berada di dalam uterus.
Ciri : perdarahan pervaginam, dengan kontraksi makin lama makin kuat makin sering, serviks terbuka.
Penatalaksanaan :
· Bila perdarahan tidak banyak, tunggu terjadinya abortus spontan tanpa pertolongan selama 36 jam dengan diberikan morfin
· Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret tajam. Suntikkan ergometrin 0,5 mg intramuskular.
· Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10 IU dalam deksrtose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
· Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
  1. Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah peristiwa pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu, dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Ciri : perdarahan yang banyak, disertai kontraksi, serviks terbuka, sebagian jaringan keluar.
Penatalaksanaan :
· Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin ditransfusi darah
· Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu suntikkan ergometrin 0,2 mg intramuskular
· Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan pengeluaran plasenta secara manual.
· Berikan antibiotik untuk mencegah infeks
  1. Abortus Komplit
    Abortus kompletus adalah terjadinya pengeluaran lengkap seluruh jaringan konsepsi sebelum usia kehamilan 20 minggu.
    Ciri : perdarahan pervaginam, kontraksi uterus, ostium serviks sudah menutup, ada keluar jaringan, tidak ada sisa dalam uterus.
    Diagnosis komplet ditegakkan bila jaringan yang keluar juga diperiksa kelengkapannya.
Penatalaksanaan :
· Bila kondisi pasien baik, berikan ergometrin 3 x 1 tablet selama 3 – 5 hari
· Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau transfusi darah
· Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
· Anjurkan pasien diet tinggi protein, vitamin dan mineral.
  1. Abortus Abortion
    Kematian janin dan nekrosis jaringan konsepsi tanpa ada pengeluaran selama lebih dari 4 minggu atau lebih (beberapa buku : 8 minggu ?).
    Biasanya didahului tanda dan gejala abortus imminens yang kemudian menghilang spontan atau menghilang setelah pengobatan.
Penatalaksaan :
· Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
· Bila kadar finrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segar sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
· Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan serviks dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu dilakukan dilatasi serviks dengan dalatator Hegar kemudian hasil konsepsi diambil dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
· Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3 x 5 mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dektrose 5% sebanyak 500 ml mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu hari.
· Bila fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil konsepsi dengan menyuntik larutan garam 20% dalam kavum uteri melalui dinding perut.
  1. Abortus Septik
Sepsis akibat tindakan abortus yang terinfeksi (misalnya dilakukan oleh dukun atau awam). Bahaya terbesar adalah kematian ibu.
Abortus septik harus dirujuk kerumah sakit
· Penanggulangan infeksi :
    1. Obat pilihn pertama : penisilin prokain 800.000 IU intramuskular tiap 12 jam ditambah kloramfenikol 1 gr peroral selanjutnya 500 mg peroral tiap 6 jam
    2. Obat pilihan kedua : ampisilin 1 g peroral selanjutnya 500 g tiap 4 jam ditambah metronidazol 5000 mg tiap 6 jam
    3. Obat pilihan lainnya : ampisilin dan kloramfenikol, penisilin, dan metronidazol, ampisilin dan gentamisin, penisilin dan gentamisin.
· Tingkatkan asupan cairan
· Bila perdarahan banyak , lakukan transfusi darah
· Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan, sisa konsepsi harus dikeluarkan dari uterus.
  1. Abortus terapeutik

Dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu, atas pertimbangan / indikasi kesehatan wanita di mana bila kehamilan itu dilanjutkan akan membahayakan dirinya, misalnya pada wanita dengan penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, korban perkosaan (masalah psikis). Dapat juga atas pertimbangan / indikasi kelainan janin yang berat.
Pada pasien yang menolak dirujuk beri pengobatan sama dengan yang diberikan pada pasien yang hendak dirujuk, selama 10 hari :
Di rumah sakit :
· Rawat pasien di ruangan khusus untuk kasus infeksi
· Berikan antibiotik intravena, penisilin 10-20 juta IU dan streptomisin 2 g
· Infus cairan NaCl fisiologis atau ringer laktat disesuaikan kebutuhan cairan
· Pantau ketat keadaan umum, tekanan darah , denyut nadi dan suhu badan
· Oksigenasi bila diperlukan, kecepatan 6 – 8 liter per menit
· Pasang kateter Folley untuk memantau produksi urin
· Pemeriksaan laboratorium : darah lengkap, hematokrit, golongan darah serta reaksi silang, analisi gas darah, kultur darah, dan tes resistensi.
· Apabila kondisi pasien sudah membaik dan stabil, segera lakukan pengangkatan sumber infeksi
· Abortus septik dapat mengalami komplikasi menjadi syok septik yang tanda-tandanya ialah panas tinggi atau hipotermi, bradikardi, ikterus, kesadaran menurun, tekanan darah menurun dan sesak nafas
PRINSIP Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 12 minggu
1. JANGAN LANGSUNG DILAKUKAN KURETASE
2. Tentukan dulu, janin mati atau hidup. Jika memungkinkan,periksa dengan USG
3. Jangan terpengaruh hanya pemeriksaan B-HCG yang positif, karena meskipun janin sudah mati, B-HCG mungkin masih tinggi, bisa bertahan sampai 2 bulan setelah kematian janin.
C. DIAGNOSTIK
1. Anamnesis : perdarahan, haid terakhir, pola siklus haid, ada tidak gejala / keluhan lain, cari faktor risiko / predisposisi. Riwayat penyakit umum dan riwayat obstetri / ginekologi.
2. Prinsip : wanita usia reproduktif dengan perdarahan per vaginam abnormal HARUS selalu dipertimbangkan kemungkinan adanya kehamilan.
3. Pemeriksaan fisis umum : keadaan umum, tanda vital, sistematik. JIKA keadaan umum buruk lakukan resusitasi dan stabilisasi segera !
4. Pemeriksaan ginekologi : ada tidaknya tanda akut abdomen. Jika memungkinkan, cari sumber perdarahan : apakah dari dinding vagina, atau dari jaringan serviks, atau darah mengalir keluar dari ostium ?
5. Jika diperlukan, ambil darah / cairan / jaringan untuk pemeriksaan penunjang (ambil sediaan SEBELUM pemeriksaan vaginal touche)
6. Pemeriksaan vaginal touche : hati-hati. Bimanual tentukan besar dan letak uterus. Tentukan juga apakah satu jari pemeriksa dapat dimasukkan ke dalam ostium dengan MUDAH / lunak, atau tidak (melihat ada tidaknya dilatasi serviks). Jangan dipaksa. Adneksa dan parametrium diperiksa, ada tidaknya massa atau tanda akut lainnya.
D. TEKNIK PENGELUARAN SISA ABORTUS
Pengeluaran jaringan pada abortus : setelah serviks terbuka (primer maupun dengan dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan dengan kuretase.
1. Sondage, menentukan posisi dan ukuran uterus.
2. Masukkan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 90o untuk melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.
3. Sisa abortus dikeluarkan dengan kuret tumpul, gunakan sendok terbesar yang bisa masuk.
4. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua denganeksplorasi jari maupun kuret
Pertimbangan
Kehamilan usia lebih dari 12 minggu sebaiknya diselesaikan dengan prostaglandin (misoprostol intravaginal) atau infus oksitosin dosis tinggi (20-50 U/drip).
Kini dengan alat hisap dan kanul plastik dapat dikeluarkan jaringan konsepsi dengan trauma minimal, terutama misalnya pada kasus abortus mola.
Jaringan konsepsi dikirim untuk pemeriksaan patologi anatomi, agar dapat diidentifikasi kelainan villi. Bahaya / komplikasi yang dapat terjadi pasca mola adalah keganasan (penyakit trofoblastik gestasional ganas / PTG).
Faktor risiko / predisposisi yang (diduga) berhubungan dengan terjadinya abortus
1. Usia ibu yang lanjut
2. Riwayat obstetri / ginekologi yang kurang baik
3. Riwayat infertilitas
4. Adanya kelainan / penyakit yang menyertai kehamilan (misalnya diabetes, penyakit gh Imunologi sistemik dsb).
5. berbagai macam infeksi (variola, CMV, toxoplasma, dsb)
6. paparan dengan berbagai macam zat kimia (rokok, obat2an, alkohol, radiasi, dsb)
7. trauma abdomen / pelvis pada trimester pertama
8. kelainan kromosom (trisomi / monosomi)
Dari aspek biologi molekular, kelainan kromosom ternyata paling sering dan paling jelas berhubungan dengan terjadinya abortus.
Penatalaksanaan pasca abortus
Pemeriksaan lanjut untuk mencari penyebab abortus. Perhatikan juga involusi uterus dan kadar B-hCG 1-2 bulan kemudian.
Pasien dianjurkan jangan hamil dulu selama 3 bulan kemudian (jika perlu, anjurkan pemakaian kontrasepsi kondom atau pil).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Abortus hanya dipraktikkan dalam klinik atau fasilitas kesehatan yang ditunjuk oleh pemerintah dan organisaso-organisasi profesi medis.
2. Aborsi hanya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar dan memperoleh izin untuk itu, yaitu dokter spesialis kebidanan dan genekologi atau dokter umum yang mempunyai kualifikasi untuk itu.
3. Aborsi hanya boleh dilakukan pada usia kehamilan kurang dari 12 minggu (untuk usia diatas 12 minggu bila terdapat indikasi medis).
4. Harus disediakan konseling bagi perempuan sebelum dan sesudah abortus.
5. Harus ditetapkan tarif baku yang terjangkau oleh segala lapisan masyarakat.
B. Saran
Abortus hendaknya dilakukan jika benar-benar terpaksa karena bagaimanapun didalam kehamilan berlaku kewajiban untuk menghormati kehidupan manusia dan abortus hendaknya dilakukan oleh tenaga profesional yang terdaftar. 


DAFTAR PUSTAKA

Arif Manjoer, Kuspuji Triyanti, Rakhmi Savitri, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Kapita Selekta Kedokteran, Fakultas Kedokteran UI, Media Aesculapius, Jakarta : 2002
K. Bertens, Aborsi sebagai Masalah Etika PT. Gramedia, Jakarta : 2003
Sarwono, Pengantar Ilmu Kandungan, 1991, Yayasan Pustaka.
Sarwono. Pengantar Ilmu Acuan Nasional, 2002 Yayasan Pustaka
Internet, Catatan Kuliah Obstetri dan Ginekologi Plus buat ko-as FKUI